Lihat ke Halaman Asli

Politik: Mewaspadai Gerakan Politik Islam Radikal di Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

FACEBOOK-PolitikMewaspadaiGerakanIslamRadikalDiIndonesia

PENULIS merasakan gerakan ini sudah lama. Bahkan persiapannya juga sudah lama. Paling tidak sesudah rezim Soeharto tumbang dan meningkat saat era reformasi di zaman pemerintahan SBY. Gerakan mereka pada awalnya merupakan gerakan berkedok gerakan moral yang pada akhirnya nanti melakukan de-Pancasilais dan menggantinya dengan Syariat Islam dan sistem pemerintahan khilafah versi mereka sendiri. Langkah-langkah mereka 1.Menyusupkan orang-orangnya ke tubuh pemerintahan 2.Menghapus matapelajaran/matakuliah Budi Pekerti dan Pancasila 3.Memanfaatkan peristiwa G-30-S/PKI 4.Melengserkan rezim orba 5.Memperjuangkan reformasi 6.Membentuk ormas anarki yang didukung oknum TNI yang pro Syariat Islam 7.Membentuk parpol Islam radikal 8.Melakukan brainwashing berkedokkan agama Islam 9.Memenangkan pilkada dengan segala cara 10.Mempersatukan parpol dan ormas Islam 11.Memenangkan parpol dan capres Islam pada Pemilu 2014  atau 2019 12.Jika menang, akan mengganti Pancasila denagn Syariat serta sistem pemerintahan khalifah versi mereka Ad.1.Menyusupkan orang-orangnya ke tubuh pemerintahan Ini sudah lama dilakukan. Bisa jadi sudah sejak era Soekarno. Namun hal demikian masih wajar-wajar saja karena tiap warganegara berhak berpolitik, mendirikan partai politik dan duduk dalam pemerintahan. Ad.2.Menghapus matapelajaran/matakuliah Budi Pekerti dan Pancasila Entah benar entah tidak. Entah sengaja entah tidak. Namun rasanya aneh kalau Maatapelajaran Budi Pekerti dan Pancasila dihapus, sebab keduanya juga merupakan usaha untuk menegakkan moral bangsa. Tapi, itulah yang terjadi. Matapelajaran Budi Pekerti dihapus dan matapelajaran Pancasila judulnya diganti dan tidak merupakan judul utama. Ad.3.Memanfaatkan peristiwa G-30-S/PKI Peristiwa itu dimanfaatkan untuk meniadakan faham-faham yang bertentangan dengan agama Islam, yaitu faham komunisme. Dan ini juga dimanfaatkan Soeharto untuk melengserkan Soekarno dari kekuasaaannya. Ad.4.Melengserkan rezim orba Kekuatan tertentu kecewa dengan pemerintahan Soeharto yang dinilai terlalu otoriter dan memaksakan azas tunggal Pancasila yang tentu saja tidak disukai parpol dan ormas yang bernuansa Islam radikal. Maka Soehartopun wajib untuk dilengserkan. Ad.5.Memperjuangkan reformasi Islam radikal beserta komponen ataupun kekuatan politik lainpun memperjuangkan reformasi. Salah satu sasarannya adalah menghapus azas tunggal Pancasila dan memberikan kebebasan bagi parpol atau ormas apapun untuk mempunyai azas lain selain Pancasila. Tentu, terutama azas Islam. Ad.6.Membentuk ormas anarki yang didukung oknum TNI yang pro Syariat Islam Langkah berikut yaitu membentuk ormas anarki yang konon didukung oknum TNI/Polri dengan tujuan menegakkan syariat Islam dan membasmi segala macam bentuk kemaksiatan. Namun bisa jadi suatu saat nanti ormas anarki ini berubah fungsi menjadi ormas politik yang tidak semata-mata memperjuangkan Islam tetapi juga ingin berada pada struktur kekuasaan. Ad.7.Membentuk parpol Islam radikal Membentuk parpol Islam radikal Islam perlu, supaya secara politik bisa memiliki wakil-wakil sah di DPR. Tentu ada tujuaan politik tertentu. Antara lain, jika menang, maka akan mengganti konstitusi dengan konstitusi Syariah Islam versi mereka. Ad.8.Melakukan brainwashing berkedokkan agama Islam Agar politik Islam radikal tersebut memiliki banyak pengikut, maka merekapun aktif melakukan brainwashing berkedokkaan agama Islam. Bisa berupa ceramah, kotbah maupun tausiyah. Bisa di masjid, majelis taklim maupun dalam kegiatan-kegiatan lainnya. Selalu ditekankan bahwa Syariat Islam lebih baik daripada Pancasila dan oleh karena itu Pancasila harus diganti. Argumentasi yang diucapkan berulang-ulang bahwa Pancasila buatan manusia, tidak sempurna. Sedangkan Syariat Islam sempurnaa, karena ciptaan Allah SWT. Tentu, banyak umat Islam yang menjaadi korban brainwashing tersebut. Ad.9.Memenangkan pilkada dengan segala cara Tahap berikutnya yaitu memenangkan pilkada dengan berbagai cara. Untuk dananya antara lain dengan berbagai cara, termasuk korupsi, membuat proyek fiktif dan semacamnya. Semuanya untuk mendanai politik mereka di samping memperkaya diri sendiri atau kelompoknya. Dengan memenangkan pilkada mereka akan memperoleh banyak dana dari perizinan proyek-proyek, komisi proyek-proyek, korupsi, kolusi, nepotisme, suap, sogok dan gratifikasi. Paling tidak untuk pilkada mendatang dan sebagian untuk dana parpolnya mengikuti pemilu. Ad.10.Mempersatukan parpol dan ormas Islam Kemudian disusul mempersatukan parpol-parpol  dan ormas-ormas Islam. Hampir semuanya bersedia bersatu, kecuali ormas Islam yang beraliran moderat dan tetap membela Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara. Tujuannya yaitu memperkuat posisi partai Islam dalam dunia politik. Ad.11.Memenangkan parpol dan capres Islam pada Pemilu 2014  atau 2019 Selanjutnya ada dua target utama. Yaitu memenangkan capres Islam yang mereka calonkan untuk memenangkan pemilu 2014 atau 2019. Ad.12.Jika menang, akan mengganti Pancasila dengan Syariat serta sistem pemerintahan khalifah versi mereka Jika berhasil gabungan parpol menang dan menguasai DPR dan capres gabungan parpol Islam terpilih sebagai presiden dan wakil presiden, maka tahap berikutnya yaitu mengganti Pancasila dan lain-lain dengan Syariat Islam dan membentuk pemerintahan khalifah. Mungkin, mereka merasa tidak perlu melakukan referendum. Atau, melakukan referendum bersama-sama NAD (Nagroe Aceh Darussalam) yang mungkin masih punya cita-cita lepa dari NKRI. Besar kemungkinan mereka mempunyai target. Tahun 2024 mengganti nama Indonesia menjadi Republik Indonesia Syariah atau nama lainnya yang bernuansa Islam Motivasi semu Tujuan mereka mendirikan Republik Indonesia Syariah (atau apalah namanya) tidak semata-mata ingin menegakkan Syariat Islam, melainkan ingin berpolitik. Berpolitik artinya memenangkan pemilu, berkuasa, mendapatkan proyek-proyek besar, memperkaya diri sendiri atau kelompoknya dan kemudian terus mempertahankan kekuasaan. Agama Islam hanya dijadikan alat politik saja bukan sebagai tujuan politik murni. Artikel ini merupakan analisa subjektif berdasarkan fakta-fakta abstrak sehingga tingkat kebenaran maupun ketidakbenaran artikel ini kami serahkan ke masyarakat luas. Meskipun demikian, analisa tersebut penting, walaupun bersifat subjektif. Sebab, gerakan-gerakan itu memang terasa ada, namun sulit untuk dibuktikan, apalagi secara hitam putih. Yang penting, masyarakat pecinta Empat Pilar Kebangsaan dan Bernegara harus terus menerus bersikap waspada. Catatan Jika hasil analisa saya ini benar-benar terbukti, maka akan terjadi tragedi pertumpahan darah yang sangat besar. Korban luka atau tewas melebihi jumlah korban dalam peristiwa G-30-S/PKI. Jutaan nyawa akan melayang . Dan kita akan ingat Ramalan Jayabaya yang mengatakan “Wong Jowo kari separo, wong Cino kari sajodo”. Semoga, ini tidak akan terjadi. Hariyanto Imadha Pengamat Perilaku Sejak 1973

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline