Lihat ke Halaman Asli

Revolusi Mental Guru dengan Berfikir Positif dan Berpadangan Optimis

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh : Agus Hariyanto

Guru SDN Klodan 4, Kecamatan Ngetos, Kab. Nganjuk

Sudah tidak dapat kita pungkiri lagi peran guru dalam pendidikan sangatlah besar, kerena guru merupakan garda terdepan dalam mengembangkan dan memajukan pendidikan di Negeri yang kita cintai ini. Guru adalah komponen utama dalam kemajuan sebuah Bangsa, kemajuan pendidikan suatu Bangsa berbanding lurus dengan pengembangan dan kompetensi guru. Hal ini dapat kita lihat dalam Permendiknas no. 16 tahun 2007 tentang “Standar Kualifikasi akademik dan Kompetensi guru”. Pengembangan kompetensi guru ini harus dimulai dari komponen utamanya yaitu guru itu sendiri, guru harus memulai dengan dengan berfikir positif dan berpandangan optimis.

Dasar dari pemikiran ini adalah guru harus memandang secara positif terhadap peserta didiknya, pandangan guru yang positif akan memunculkan tindakan yang positif, dan sebaliknya pandangan yang negatif terhadap siswa akan juga memunculkan tindakan yang negatif pula. Sebagai contoh ketika guru melabel siswa dengan anak yang aktif akan mengasilkan tindakan yang positif dari guru dengan memberikan perhatian dan tantangan pada anak tersebut. Hal ini berbeda ketika guru melabel anak yang aktif tersebut dengan anak nakal maka akan membawa tindakan yang negatif pula dari guru tersebut dengan menghukum anak tersebut karena kenakalannya. Pandangan positif ini sangat penting dimiliki oleh guru agar selalu mamandang baik setiap siswa sehingga akan memunculkan tindakan yang baik pula. Terdapat tiga aspek utama yang menjadi titik perkambangan perhatian yang utama dalam memgembangkan kompetensi guru antara lain emosi yang positif, karakter diri yang positif, dan institusi yang positif (Neila Ramdhani 2012)

a.Emosi yang positif

Menurut Myers (2004) emosi adalah kumpulan pengalaman psikofisologis seseorang yang berinteraksi dengan pengaruh-pengaruh internal dan eksternal. Sehingga peran emosi sangat besar terhadap kehidupan manusia. Emosi mempengaruhi kehidupan kita di tempat kerja, pergaulan dan hubungan kita dengan anggota keluarga. Emosi yang positif akan memberikan dampak yang positif dalam kehidupan individu yang bersangkutan tetapi juga memberikan manfaat bagi orang-orang sekitarnya.

Dalam sebuah penelitian tentang pengaruh ekspresi positif senyum terhadap kebahagiaan hidup yang telah dilakukan oleh Halker & Katler (2001) terhadap 141 siswa yang terdapat dalam sebuah foto dalam buku tahunan sekolah College Mill tahun 1958, pada saat foto tersebut dibuat rata-rata umur siswa adalah 20-21 tahu. Dalam penelitian tersebut mengelompokkan responden ke dalam dua kelompok besar yaitu yang tersenyum saat foto tersebut dibuat dan yang tidak tersenyum saat foto tersebut dibuat, hasilnya setelah 54 tahun rata-rata orang yang tersenyum hidupnya sukses baik dalam keluarga ataupun finansial, dibandingkan dengan yang tidak tersenyum saat di foto.

Penelitian tersebut mungkin manganggap sebagai suatu kebetulan tetapi dengan banyaknya penelitan dengan model yang sama dan dengan hasil yang sama pula, tentunya hal tersebut perlu mendapatkan kajian yang mendalam. Berpijak dari penelitian tersebut seorang guru hendaknya ketika masuk ke kelas hendaknya dengan emosi yang positif yang memandang siswa dengan potensi bukan sebuah beban rutinitas yang harus diselesaikan. Dengan emosi yang positif diharapkan akan membawa dampak kelas yang gembira, riang dan bersahabat yang nantinya akan membawa keceriaan terhadap siswa dan lingkungan tempat guru tersebut mangajar. Emosi yang positif erat kaitannya dengan aspek sukur dan berterima kasih. Emmons & Crumplers meneukan bahwa orang yang sering menyatakan rasa terima kasih kepada orang lain dengan ikhlas akan memilki kesehatan mental yang lebih baik, lebih optimis dalam hidup, lebih merasakan kebahagiaan, dan lebih banyak menolong orang lain.

b.Karakter Diri yang Positif

Dalam beberapa penelitian memperlihatkan bahwa karakter diri yang positif menjadi penyangga bagi kesehatan fisik dan pencegah berkembangnya penyakit. Contoh karakter positif guru adalah keberanian dalam melakukan inovasi pembelajaran, berorientasi pada masa depan dengan mengutamakan proses pembelajaran yang bermutu dari pada hasil, rasa optimis dengan percaya kapada siswanya, percaya kepada kekuatan Tuhan, Memiliki etos kerja yang baik, sifat yang jujur dalam hidup dan ketabahan dalam menghadapi berbagai tantangan yang muncul. Karakteristik yang positif ini akan menjadi penentu dalam menghadapi stres dan tekanan dalam pekerjaan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tylor menemukan bahwa orang yang optimis lebih jarang terkena sakit fisik dan sakit jiwa jika dibandingkan dengan orang yang pesimis. Selain itu orang yang optimis juga akan berkinerja lebih baik di tempat kerja, dan lebih rileks, memiliki tingkat stres yang rendah dan tingkat kesehatan yang baik serta hubungan sosial yang lebih baik dengan orang lain. Dengan mengembangkan karakter diri yang positif diharapkan guru yang datang ke kelas adalah mereka yang berkarakter diri yang positif, walauapun ada permasalahan tetapi dengan karakter diri yang positif akan membuat guru lebih mampu mengelola dan mengadapi tekanan dan stres.

c.Institusi yang Positif

Institusi dapat diartikan adalah tempat dimana seseorang berafiliasi dan menghabiskan waktunya untuk bekerja. Dalam kehidupannya guru tindak hanya terlibat dalam institusi sekolah tetapi juga inatitusi yang lain seperti keluarga, organisasi kemasyarakatan, bahkan kenegaraan. Dalam era teknologi bukan tidak mungkin guru juga terlibat dalam institusi global. Dalam institusi terdapat elemen yang bersifat fisik dan non fisik, elemen fisik anatara lain gedung, peralatan dan manusia lin yang berinteraksi sedangkan eleman non fisik adalah iklim atau suasana dan sistem yang mengatur tata hubungan antar warga institusi.

Dalam implementasi pendidikan menyatakan bahwa kehidupan siswa yang positif hanya akan dihasilkan oleh lingkungan atau instistusi sekolah yang positif pula. Institusi sekolah dikatakan positif jika mampu mendukung pemunculan karakter yang maksimal. Ciri-ciri institusi yang positif adalah adil terhadap semua yang ada dalam lembaga pendidikan tersebut, peduli terhadap siswa, bertanggung jawab atas segala tindakan, beradap, toleran saling mendukung dan menghargai. Guru merupakan salah satu unsur yang menjadi pengisi institusi pendidikan tempat para siswa belajar. Upaya menjadikan sekolah sebagai institusi yang positif adalah dengan memupuk lingkungan belajar agar selalu lebih baik. Bagi siswa dengan institusi yang baik akan menciptakan kondisi sekolah yang nyaman, peduli dan bertanggung jawab.

Demikian tiga hal yang dapat dilakukan guru dan sekolah dalam kaitannya dengan megembangkan kompetansi guru dengan berfikir dan berpandangan yang positif. Sudut pandang yang dibangun oleh guru akan mempengaruhi tindakan dan perlakuan guru terhadap siswanya. Sudah saatnya guru selalu berfikiran positif agar senantiasa menghasilkan tindakan yang positif. Agama juga mengajarkan bahwa Tuhan ada dalam persangkaan hambanya, semoga pandangan guru terhadap siswa, sekolah, guru lain, dan kepala sekolah  akan selalu berfikir positif semoga....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline