Oleh : Hari Wiryawan
Mengapa Agus Harimurthi Yudhoyono (AHY) tidak menjabat menteri kabinet Indonesia Maju? Itulah pertanyaan banyak orang yang sebelumnya memperkirakan AHY bakal masuk kabinet.
Padahal dalam sebuah survey tentang menteri pilihan warga-net, kabarnya, AHY termasuk nama favorit kedua setelah Eric Thohir. Tapi mengapa Jokowi tidak memanggil AHY?
Padahal AHY beberapa kali sudah bertemu dengan Presiden Jokowi jauh sebelum Pemilu maupun sesudah Pemilu. Bahkan ada pertemuan yang dilakukan secara empat mata. Tapi mengapa Jokowi tidak memanggil AHY?
Padahal AHY juga sudah menemui bukan hanya Jokowi tetapi juga orang-orang sekitar Jokowi termasuk putra tertua Jokowi, Gibran Raka Bumingraka. Bahkan AHY juga sudah sowan ke Megawati yang disambut oleh Puan Maharani juga. Foto-foto putra-putri SBY bersama Mega dan Puan tersebar di media sosial yang menggambarkan keakraban mereka yang luar biasa. Tapi mengapa Jokowi tidak memanggil AHY?
Padahal hubungan antara Megawati dan SBY juga sudah mencair sejak upacara pemakaman Ibunda AHY, Ani Yudhoyono. Waktu itu Megawati menghadiri pemakaman dan bersalaman dengan SBY. Bahkan untuk memastikan kapling AHY di kabinet, SBY sebelum tanggal 20 Oktober sudah bertemu langsung dengan Jokowi empat mata di istana. Tapi mengapa Jokowi tidak memanggal AHY?
Kedekatan Jokowi dan AHY yang terlihat di media massa, menurut hemat saya, adalah sebuah show of force dari Jokowi. AHY adalah masa depan SBY. Mantan Presiden SBY adalah sosok yang mewakili dua reprentasi yaitu pertama partai politik Demokrat yang dalam kiprahnya memiliki kedekatan dengan kalangan Islam radikal. Ingat ketika AHY mencalonkan gubernur DKI salah satu pendukungnya adalah kalangan Islam radikal. Kedua SBY dan representasi purnawirawan TNI.
Di mata Jokowi show of force kedekatan dengan AHY adalah sangat peting karena waktu itu perseteruan dengan Prabowo masih sangat keras. Prabowo dalam menyerang Jokowi membawa gerbong para purnawirawan TNI dan kelompok Islam garis keras. Tertangkapnya sejumlah pensiunan jenderal dalam aksi kekerasan menempatkan Jokowi harus berhadapan dengan korps baju hijau. Posisi ini cukup menyulitkan Jokowi, maka salah satu jalan adalah mengatakan kepada publik bahwa dirinya, Jokowi, bersahabat dengan seorang Mayor Purnawirawan TNI yang ganteng dan merupakan masa depan politik keluarga militer. Apalagi sang purnwirawan adalh putra seorang jenderal. Keluarga besar militer tentu senang melihat hal ini.
Yang merapat kepada Prabowo dan paling keras suaranya adalah kelompok Islam radikal. Posisi ini juga menyulitkan Jokowi yang tidak ingin di cap sebagai anti Islam. Dukungan dari NU dianggap belum cukup, karena suara NU kurang keras dibanding Islam radikal yang selalu berteriak sangat keras menentang Jokowi. AHY yang waktu Pilkada Gubernur DKI juga membawa gerbong Islam radikal dianggap punya peran juga untuk meredam suara keras itu.
Untuk meneguhkan betapa kuatnya hubungan Jokowi dengan AHY dan SBY, Megawati membantu sepenuhnya sikap Jokowi. Dua kali Megawati di depan publik menunjukan rekonsiliasi hubungan dengan SBY yaitu bersalaman dengan akrab ketika mengucapkan bela sungkawa atas wafatnya Ani Yudhoyono dan menerima dengan hangat putra putri SBY di rumah Megawati pada halal bi halal Lebaran kemarin.
Jika tidak ada aral melintang hampir pasti AHY jadi menteri. Bahkan bukan hanya AHY, gerbong demokrat hampir pasti juga akan masuk Kabinet Jokowi-Ma'ruf.