Lihat ke Halaman Asli

I

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Melihat burung terbang dengan bebas dan lepas menerjang angin lembut adalah hal yang sungguh menyenangkan.

Tapi yang menyedihkan, kemana dia akan terbang dan mendaratkan kaki-kakinya mencengkeram kuat pada suatu pijakan? Pohon dengan ranting kuat? Pohon dengan daya topang yang lemah? Atau mungkin di tanah yang penuh bebatuan? Dia sendiri yang menentukan.

Hari ini, seperti dua hari yang telah terlewati, masih dengan perasaan yang sama. Memandang dengan penuh ketidakbiasaan. Senyummu selalu menarikku lebih untuk tetap memandangnya habis.

Tutur kata polos tanpa proses editing selayaknya reality show yang mengalir apa adanya dari mulut manismu.

I, iya... Entah sampai kapan aku tetap mampu memendam apa yang ada.

I, indah paras yang telah termiliki lain insan membuatku semakin tak mampu memungkiri yang terjadi.

I, inilah aku dengan ketidakmampuanku, kegagalanku untuk tidak mencintaimu.

Jika aku diijinkan memutar waktu, aku tak ingin memutarnya mundur untuk dapat berkenalan denganmu lebih dulu daripada dia. Namun, aku akan memutar waktu maju dengan cepatnya, dan melihat senyum bahagiamu...

...di pelukanku.

With love,

Me




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline