Lihat ke Halaman Asli

“Fenomena Kepadatan Penduduk dan Ketersediaan Lahan di Indonesia”

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1388305174981339906

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berada di Asia Tenggara, dengan luas wilayah yang besar dan sumber daya yang berlimpah Indonesia dapat dibilang sebagai negara yang disegani di mata dunia. Sebagai negara yang berkembang tentunya jumlah penduduk di Indonesia tidaklah sedikit. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk di Indonesia mencapai 237.641.326 juta jiwa (bps.go.id:2011). Dan Indonesia meningkati peringkat ke-3 penduduk terbanyak di dunia. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kelahiran di Indonesia sangatlah tinggi dan tidak terkendali. Jika dibandingkan dengan jumlah kebutuhan lahan yang ada tentunya akan sangat miris jika angka pertumbuhan penduduk tersebut semakin bertambah terus menerus.

Faktor utama dalam kebutuhan lahan adalah mengenai ketersediaan papan. Untuk memenuhi kebutuhan papan tentunya sebagai seorang penduduk kita membutuhkan rumah dan tentu kita juga memerlukan lahan untuk membangun. Semakin bertambah banyak penduduk, tentu kebutuhan akan rumah semakin banyak dan otomatis lahan yang dibutuhkan semakin banyak pula. Sementara itu lahan yang tersedia luasnya tetap. Yang akan terjadi adalah padatnya pemukiman dan sedikit sekali lahan-lahan kosong yang tersisa karena semakin sedikitnya lahan yang kosong, akan membuat harga tanah semakin melonjak, dan tentu saja masyarakat ekonomi menengah ke bawah tidak mampu membeli tanah untuk membangun rumah, sehingga mereka mencari “lahan” lain untuk tinggal, seperti kolong jembatan, taman kota, stasiun, emperan toko, dan lain-lain.

Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan papan, untuk memenuhi kebutuhan pangan pun kita memerlukan lahan. Misalnya beras, untuk menghasilkan beras tentu diperlukan sawah untukmenanam padi.Semakin bertambahnya penduduk semakin bertambah pula kebutuhan akan beras . Dan semakin bertambahnya kebutuhan beras akan semakin bertambah pula kebutuhan akan lahan untuk menanam padi. Apa yang terjadi jika lahan ‘lumbung padi’ nasional semakin lama semakin berkurang ? Jika kita dilihat dua fenomena di atas, ledakan penduduk  akan mengakibatkan terjadinya perebutan lahan untuk perumahan dan pertanian. Dan sebagian besar fenomena yang terjadi dewasa ini adalah pengikisan lahan yang lebih diutamakan untuk perumahan. Selain itu pemanfaatan lahan sebagai perumahan tidaklah sesuai pada tempatnya, dimana suatu lahan itu merupakan lahan serapan air hujan tetapi malah dialihfungsikan sebagai perumahan. Maka hal tersebut menyebabkan timbulnya banjir yang akhir-akhir ini melanda kota-kota besar yang ada di Indonesia. Kemudian ledakan penduduk juga akan berakibat semakin berkurangnya rasio antara luas lahan dan jumlah penduduk atau yang  biasa kita sebut dengan kepadatan penduduk.

Jika melihat jumlah pertumbuhan penduduk di Indonesia terus menerus dibiarkan seperti ini, maka ketidakseimbangan akan terus menerus menghantui Indonesia dan bahkan di tahun 2050 bisa jadi negara Indonesia ini akan memiliki jumlah penduduk mencapai angka 500 juta jiwa. Luar biasa bukan ? Akan seperti apa pula ketersediaan lahan yang ada ? Tentu merupakan angka yang sangat fantastis jika angka pertumbuhan penduduk di Indonesia tidak segera ditekan dan ditanggulangi sebagaimana mestinya. Tentunya hal pertama yang harus dilakukan oleh seluruh penduduk di Indonesia terutama bagi para pasangan suami istri adalah menekan jumlah kelahiran anak mereka, sedangkan untuk pemerintah sendiri harus lebih gencar dan variatif lagi dalam membangun pelaksanaan program KB yang ada di Indonesia. Sehingga jika keseimbangan antara jumlah penduduk dan kebutuhan lahan seimbang, maka ketakutan mengenai kesejahteraan penduduk tidak perlu di khawatirkan lagi. Sebai penduduk yang baik dan cinta akan negaranya, marilah kita sama-sama saling bahu menbahu guna membawa Indonesia lebih maju lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline