Lihat ke Halaman Asli

Iblis, Saudaraku

Diperbarui: 23 Juli 2019   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sketsa pribadi

Cerita tentang kita -manusia- bermula ketika Tuhan mengutus salah satu makhluk untuk menjadi pemimpin di bumi. Tidak ada makhluk yang sanggup menerima tugas berat itu. Tumbuhan, hewan, gunung, lautan pun tak sanggup menerima perintah menjadi khalifah di bumi Tuhan. Hanya manusia, makhluk yang secara biologis tidak jauh berbeda dengan saudara tuanya, hewan. Makhluk yang tercipta dari tanah, hina dari mulanya.

Tidak bisa dipungkiri, malaikat adalah makhluk yang patuh pada Tuhan. Jauh sebelum manusia tercipta, malaikat sudah memegang berbagai macam amanah dari Tuhan. Menyaingi Tuhan pun tidak akan terpikir oleh mereka. Hingga Tuhan akan menjadikan salah seorang makhluk sebagai khalifah di muka bumi, maka diciptakanlah manusia. 

Dalam penciptaan manusia pertama Nya, para malaikat diminta untuk sujud kepada sang manusia. Dari momen inilah tercipta sebutan iblis bagi seorang malaikat yang menolak untuk sujud pada sang manusia. Kepatuhan malaikat itu pun ternoda hanya oleh satu penolakan perintah Tuhan. Hanya satu penolakan, dan kita sebut dia sebagai iblis. Hanya karena ia menolak untuk mengakui sang manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna, ia berani mengambil resiko menjadi makhluk yang paling dibenci.

Paling tidak seperti itulah salah satu tafsir yang menyebut asal mula iblis. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa iblis berasal bukan dari golongan malaikat, namun dari golongan bangsa jin. Terlepas dari asal mula iblis, hal yang bisa kita pelajari adalah bagaimana kita manusia menjadi makhluk yang diberi tugas yang sangat mulia dari Tuhan, sedangkan iblis menjadi musuh bagi kita.

Bandingkan dengan kita, turunan sang manusia, yang dijunjung oleh Tuhan, diberi mandat sebagai pemimpin di bumi, mendapat segala macam fasilitas dan sumber daya yang tak terhitung di muka bumi, dan berkemauan untuk bisa melakukan segalanya dengan akal pikiran. Dengan semua itu, bandingkan dengan hal yang didapat oleh para malaikat, hewan, tumbuhan, serta oleh makhluk yang kita sebut iblis. Tidak berbanding.

Namun, dengan segala sumber daya yang kita terima, tidak bisa kita meyaingi kepatuhan iblis dalam menjalankan perintah Tuhan. Berapa banyak penolakan kita atas perintah Tuhan dan keburukan yang setiap hari, jam, menit, bahkan detik kita lakukan? Bandingkan dengan iblis, yang bisa jadi hanya menolak sekali saja perintah Tuhan. Lalu kita menyebutnya sebagai pihak dari sumber kekacauan yang terus terjadi dalam kehidupan kita. Sumber dari segala keburukan, kejahatan, dan lunturnya adab manusia.

Tidak kah kita berpikir, bahwa kita jauh dari sempurna dalam menjalankan perintah Tuhan, namun kita berani menyebut iblis sebagai musuh kita. Padahal, mungkin kita lebih banyak menolak perintah Tuhan daripada iblis. Dan pernahkah kita berpikir, bahwa dalam diri kita lah yang sebenarnya tertanam perilaku yang lebih layak disebut sebagai iblis?

Patutnya kita renungkan kembali surat An-Nas. Siapakah yang membisikkan kejahatan dalam diri manusia. Dari siapa lagi kalau bukan dari golongan jin dan dari golongan kita sendiri, manusia.

Hanya iblis, yang mampu menjalankan peran antagonis. Menjadi musuh dari manusia yang berperan sebagai khalifah di muka bumi. Namun kesetiannya pada Tuhan, jauh melampaui kita, yang hanya bisa menjadi khalifah yang merusakkan sumber daya melimpah di bumi yang diberikan oleh Tuhan.

Andai kita melaksanakan peran sang iblis, mampukah kita?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline