Lihat ke Halaman Asli

Hujan pun Patuh

Diperbarui: 8 Desember 2019   16:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sketsa pribadi

Pada sebuah petang, tibalah saat perut kami berdua lapar. Saat itu kami sepulang dari kantor dan sudah berada di kos. Kamar kami berada di lantai dua, dengan koridor selebar satu setengah meter untuk akses ke tiap kamar. Cukup untuk akses para penghuni kos yang hanya 6 orang.

Kami memutuskan pergi untuk mencari makan, meskipun dengan keadaan mendung, kami tetap berangkat. Kami berjalan kaki menuju warung biasa kami membeli ketoprak. Jalan kaki setidaknya memakan waktu sepuluh menit, cukup jauh jika berjalan kaki. 

Saat itu, mendung semakin jelas ketika sampai di warung ketoprak. Karena mendung, kami memutuskan untuk membungkus saja ketopraknya, tidak makan di tempat. Benarlah, karena gerimis kemudian cepat datang. Saat-saat menunggu ketoprak untuk siap itulah, teman saya berbisik.  

"Ayo cepat, keburu hujan ini, aku pulang dulu ambil payung apa."

"Ga usah," jawabku. 

Aku memang agak sedikit bicara saat kondisi tertentu, ya semacam saat seperti itu. Aku mencoba tenang, dan meneruskan.

"Ga bakal kehujanan."

"Ya udah, nanti lari ya." Perintah temanku itu. Aku tidak menghiraukan dan melanjutkan diamku.

Melihat orang berlalu lalang di sepanjang jalan, seperti terburu untuk menghindari hujan. Payung-payung terbuka, melindungi para pejalan kaki. Pengendara sepeda motor turun dan memakai jas hujan yang sudah siap pakai dari dalam jok motornya. 

Dalam kondisi saat itu, aku mencoba untuk tidak merisaukan apakah kita akan kehujanan atau tidak. Padahal jelas-jelas gerimis sudah turun, dan angin sudah menyapu. Hanya percaya saja, bahwa kami tidak akan kehujanan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline