Lihat ke Halaman Asli

Haris Suwondo

Guru Pendidikan Pancasila

20 Oktober: Simbol Transisi Kekuasaan dan Pilar Demokrasi Indonesia

Diperbarui: 19 Oktober 2024   17:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pendahuluan

Setiap negara memiliki hari-hari bersejarah yang tak hanya menjadi penanda waktu, tetapi juga sebagai simbol penting dalam perjalanan politik dan demokrasinya. Di Indonesia, salah satu hari penting tersebut adalah 20 Oktober, yang kini dikenal sebagai tanggal rutin pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Tanggal ini mungkin tampak seperti hari biasa bagi sebagian orang, namun sesungguhnya memiliki sejarah yang sarat makna. Pelantikan Presiden pada 20 Oktober tidak hanya menjadi acara seremonial belaka, tetapi juga melambangkan proses transisi kekuasaan yang damai, tertib, dan sesuai dengan amanat konstitusi.

Bagaimana sejarah ini bermula? Mengapa tanggal ini dipilih? Dan apa arti penting 20 Oktober dalam konteks demokrasi modern Indonesia? Artikel ini akan mengulas lebih dalam mengenai makna 20 Oktober sebagai hari pelantikan presiden serta bagaimana tradisi ini terbentuk dan berkembang seiring dengan perubahan politik di Indonesia.

Sejarah Pelantikan Presiden RI: Dari 1945 Hingga Reformasi

Perjalanan sejarah pelantikan presiden di Indonesia dimulai pada 18 Agustus 1945, saat Ir. Soekarno dilantik sebagai Presiden pertama Republik Indonesia oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Proses pelantikan tersebut terjadi hanya sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan menjadi bagian penting dalam pengesahan berdirinya Republik Indonesia.

Dalam masa awal kemerdekaan, pelantikan presiden tidak memiliki jadwal yang pasti. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk situasi politik yang masih tidak stabil dan pergolakan internal di dalam negeri. Proses pemilihan presiden saat itu juga berbeda jauh dengan yang kita kenal sekarang, di mana pemilihan dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) secara tidak langsung.

Reformasi dan Pemilihan Presiden Langsung

Perubahan besar dalam sistem politik Indonesia terjadi setelah jatuhnya Orde Baru pada tahun 1998. Era reformasi membuka jalan bagi perubahan signifikan dalam sistem pemilihan presiden. Pada tahun 2004, Indonesia untuk pertama kalinya dalam sejarah melaksanakan pemilihan presiden secara langsung. Pemilu ini diikuti oleh beberapa calon presiden dan wakil presiden, dan akhirnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama wakilnya Jusuf Kalla terpilih sebagai pasangan presiden dan wakil presiden melalui proses pemilu yang demokratis.

Pelantikan SBY pada 20 Oktober 2004 menandai dimulainya tradisi baru di mana tanggal 20 Oktober menjadi hari resmi pelantikan presiden setelah proses pemilu berlangsung. Pelantikan tersebut menjadi penanda penting dalam sejarah politik Indonesia, karena inilah pertama kalinya rakyat Indonesia memilih langsung pemimpin nasional mereka.

Mengapa 20 Oktober?

Pemilihan tanggal 20 Oktober sebagai hari pelantikan presiden bukan tanpa alasan. Pada tahun 2004, Pemilu diadakan pada bulan Juli, dan diperlukan waktu beberapa bulan untuk menyelesaikan seluruh proses pemilu, termasuk penghitungan suara, penetapan hasil, dan persiapan pelantikan. Tanggal 20 Oktober dipilih karena memberikan jarak waktu yang cukup untuk proses transisi kekuasaan yang damai dan teratur setelah hasil pemilu diumumkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline