Lihat ke Halaman Asli

Adat Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Jawa

Diperbarui: 16 November 2021   21:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang diberi amanah untuk menjadi penerang serta pemberi rahmat umat manusia di bumi. Kelahiran Nabi Muhammad adalah salah satu momentum sakral karena dengan perantara beliau kita semua mendapatkan kenikmatan iman dan islam. Umat islam pada setiap tahun beramai-ramai merayakan bulan kelahiran Nabi sebagai wujud rasa syukur kepada Allah dan wujud kecintaan umat terhadap Rasul-Nya. Berbagai acara digelar ketika Rabiul Awwal datang. Perayaan ini dilakukan dengan pembacaan dziba 12 hari berturut-turut, pengajian Maulid Nabi serta beberapa adat yang sudah turun-temurun dilakukan di Jawa seperti:

1.Angkaan Bherkat (Gresik)

Tradisi angkaan bherkat dilakukan dengan pengisian ember dengan nasi, lauk pauk, buah-buahan serta peralatan dapur oleh warga sekitar. Bagian pinggir ember yang sudah terisi akan diberi pagar kecil dari bambu yang memanjang ke atas. Biasanya bagian atas abmbu ini debri telur untuk hiasan. Setelah itu, pagar bambu dihias dengan kertas kado dan dibawa ke masjid untuk dipajang sementara saat pembacaan dziba. Setelah pembacaan dziba makanan yang dimasukkan ke dalam ember dinikmati oleh masyarakat.

2.Panjang Jimat (Cirebon)

Pajang jimat terdiri dari dua kata yang memiliki arti tersendiri. Pajang artinya lestari, jimat artinya pusaka. Jadi, pajang jimat diartikan sebagai pelestarian pusaka yang diajarkan oleh Nabi, yaitu dua kalimat syahadat. Pajang jimat dilaukan dengan mengarak makanan berupa nasi tujuh rupa menuju masjid. Sebelum dilakukan arak-arak, warga memulai peringatan ini dengan mencuci alat makan yang akan digunakan kala pajang jimat.

3.Ampyang Maulid (Kudus)

Peringatan ampyang maulid dilaksanakan di Masjid Wali Desa Loram Kulon. Peringatan ini dilakukan dengan membuat gunungan nasi kepel dan gunungan yang berisi buah-buahan. Nasi kepel adalah nasi dan lau yang dibungkus daun pisang sebesar kepalan tangan. Gunungan ini diarak dari balai desa menuju Masjid Wali dengan iringan sholawat dan terbangan. Sesampainya di masjid dilakukan pembacaan maulid barzanji dilanjutkan doa bersama. Setelah itu, gunungan tersebut dibagikan kepada sejumlah warga.

4.Kirab Tumpeng Bebek (Temanggung)

Kirab tumpengan bebek dilakukan dengan mengarak gunungan besar yang berisi hasil bumi, replika bebek, tumpeng dan ingkung bebek. Kirab ini dilakukan dari Desa Sukomarto ke makam Sayid Abdurrahman dengan diiringi alunan gending jawa. Pakaian yang digunakan oleh peserta kirab adalag baju muslim atau pakaian tradisional. Setalah sampai di makam Sayid Abdurrahman, tumpeng dan ingkung bebek doletakkan dalam sebuah bangsal dan dilakukan acara tabur bunga. Gunungan besar yang berisi hasil bumi diletakkan di halaman makam kemudian dilakukan doa bersama dan perebutan isi gunungan oleh masyarakat.

5.Ngeropok (Banten)

Ngeropok adalah tradisi mengiring atau arak-arakan perhiasan menuju masjid di Kabupaten Serang. Terdapat beberapa barang yang disediakan untuk memeriahkan hari kelahiran Nabi yang terdiri dari ember telur, tempat tusuk telur, hiasan masjid, patung unta, hiasan perahu serta bunga-bunga dari kertas. Bunga-bunga kertas yang sudah dibuat diisi telur yang kemudian akan dibagikan kepada warga sekitar. Sebelum dibagikan, pernak pernik tersebut diiring dengan berjalan kaki maupun dengan kendaraan menuju masjid atau disebut 'Ngeropok'.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline