Lihat ke Halaman Asli

Abdul Haris

TERVERIFIKASI

Menulis Untuk Berbagi

Lapar adalah Maut

Diperbarui: 16 Agustus 2024   14:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi-- Kelaparan. (Kompas.id/Supriyanto)

Indonesia setidaknya menghadapi dua risiko dalam dua tahun mendatang, kemrosotan ekonomi dan pengangguran, sesuai laporan World Economic Forum. Apakah memang demikian? 

Sinyal Waspada

Sudah tiga bulan berturut-turut, Indonesia mengalami deflasi, sebagaimana diberitakan Badan Pusat Statistik. Kondisi itu bisa merupakan pertanda melemahnya daya beli masyarakat.

Selain itu, persentase tabungan terhadap pendapatan mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, sedangkan cicilan pinjaman malah naik, dengan konsumsi relatif stabil, sesuai survei Bank Indonesia terkini. Hal demikian menggambarkan masih adanya fenomena makan tabungan.

Pemutusan hubungan kerjapun masih berlanjut. Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dari Januari hingga Juni tahun ini, mencatat terjadinya lebih dari tiga puluh ribu pemutusan.

Angka pengurangan tenaga kerja yang berkelanjutan itu berpengaruh terhadap kinerja manufaktur. Purchasing Manager's Index Manufaktur dari S&P Global menunjukkan penurunan. Kurang lebih artinya, terjadi penurunan kinerja industri pengolahan.

Ringkasnya, S&P menjelaskan penyebab penurunan indeks yaitu terjadinya penurunan permintaan pasar yang merupakan faktor utama penyebab penjualan turun. Selain itu, perusahaan memilih mengurangi jumlah staf untuk ketiga kali dalam empat bulan terakhir.

Jadi rangkaiannya, daya beli yang lemah dapat mempengaruhi penurunan permintaan barang atau jasa. Perilaku itu menyebabkan berkurangnya pendapatan pelaku usaha. Pendapatan yang rendah mengharuskan pengusaha melakukan efisiensi, salah satunya melalui pengurangan pegawai. 

Kondisi dimaksud nampaknya tidak diimbangi dengan terbukanya lapangan kerja baru. Akibatnya, pengangguran pun terus bertambah. Kondisi semacam itu berujung pada mereka yang masih bekerja tidak dapat meningkatkan penghasilannya, dan yang berhenti bekerja tidak memiliki pendapatan lagi. Alhasil, mereka mengoptimalkan tabungan yang dimiliki untuk bertahan hidup. 

Rangkaian kejadian dimaksud tidak sepenuhnya tepat. Namun, setidaknya begitulah gambaran kondisi yang saling berkaitan saat ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline