Lihat ke Halaman Asli

Abdul Haris

TERVERIFIKASI

Menulis Untuk Berbagi

Harapan dalam Himpitan Makan Tabungan

Diperbarui: 18 Juli 2024   00:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Beberapa bulan terakhir ini, keluhan masyarakat mengenai fenomena makan tabungan terus bermunculan. Wajar jika mereka resah, mengingat kondisi tersebut jika berkelanjutan akan mengakibatkan perekonomian makin susah.

Tidak mustahil, ketika tabungan habis, sedangkan kebutuhan tetap harus dipenuhi, langkah mengambil pinjaman akan diambil. Persoalan baru pun bisa muncul, lilitan utang, apalagi jika itu pinjaman online yang sarat masalah.

Gejala Makan Tabungan

Melihat hasil survei konsumen Bank Indonesia (BI) Juni 2024, porsi konsumsi terhadap pendapatan meningkat. Sebaliknya, porsi tabungan terhadap pendapatan menurun. 

Dari situlah muncul kesimpulan terjadinya kenaikan pengeluaran, tidak diimbangi penambahan pemasukan, malah dibarengi penggerusan simpanan, alias makan tabungan.

Selain itu, daya beli masyarakat nampak melemah. Kondisi tersebut ditandai dengan deflasi Juni yang lebih dalam dari Mei, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).

Banyak faktor yang menyebabkan pilihan menguras tabungan, salah satunya ialah tingginya harga komoditas pokok. Peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan sangat dominan, sesuai catatan BPS.  

Tantangan Mendatang

Dengan semakin minimnya simpanan dana masyarakat, maka akan mengaburkan perencanaan masa depan mereka. Kita sudah jamak mendengar bagaimana beratnya sebagian generasi milenial dan Z memenuhi kebutuhan pokok papan atau tempat tinggal permanen. Pendapatan mereka sulit mengejar harga rumah yang terus menanjak. 

Belum lagi, sebagian dari mereka merupakan generasi sandwich, generasi yang masih bertanggung jawab menghidupi orang tua, diri sendiri, sekaligus keluarganya.

Selain itu, tantangan juga bisa datang dari kebijakan pemerintah. Pada 2025, pemerintah akan menaikkan pajak pertambahan nilai dari 11 persen menjadi 12. Dampak dari kenaikan tersebut bisa memicu biaya hidup yang mahal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline