Lihat ke Halaman Asli

Abdul Haris

TERVERIFIKASI

Menulis Untuk Berbagi

Kepercayaan, Jantung Industri Keuangan

Diperbarui: 10 Juli 2023   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Bank adalah bisnis kepercayaan. Prinsip dasar yang selalu menjadi pegangan bank ketika menjalankan bisnisnya melayani nasabah. Tentunya, bisnis kepercayaan di industri keuangan sekarang sudah meluas, meliputi juga lembaga keuangan non bank (asuransi, leasing, dll) hingga Penyedia Jasa Pembayaran (GoPay, OVO, dll).

Dikatakan bisnis kepercayaan karena pada dasarnya nasabah hanya sebatas menitipkan uangnya di bank, meminta bank untuk mengamankan uangnya, dan memastikan bank dapat mengembalikannya sewaktu-waktu (penarikan dana). Lebih dari itu, nasabah menyerahkan saja bagaimana bank akan mengelola dan menjaga uangnya.

Untuk memperoleh kepercayaan nasabah, suatu bank harus memiliki tingkat kesehatan yang baik. Ada berbagai parameter penilaiannya, meliputi permodalan, pendapatan, tata kelola perusahaan yang baik, serta profil risiko (kredit, hukum, operasional, dll). Namun demikian, tidak semua atau mungkin sebagian besar nasabah memahami penilaian tingkat kesehatan tersebut. Pertimbangan mereka dalam memilih bank biasanya sederhana saja seperti bank milik negara, bank yang sudah terkenal, atau bank yang menyediakan macam-macam layanan.

Perbankan di Indonesia Terpercaya

Kabar gembira bagi Indonesia, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank menunjukkan peningkatan dari beberapa indikator data, sebut saja rilis survey oleh Statista tentang tingkat kepercayaan konsumen terhadap Bank (Maret 2023), Indonesia menduduki peringkat tertinggi dengan indeks 4,38 dari 5.

Data Bank Indonesia pun menunjukkan bahwa simpanan masyarakat dalam bentuk rupiah valuta asing pada bank umum dan BPR terus meningkat selama 3 tahun ke belakang. Pada Mei 2023 telah mencapai Rp7.769 triliun dibandingkan dengan tahun 2020 yang masih sebesar 6.465 triliun.

Lalu, dari data Otoritas Jasa Keuangan, tingkat inklusi keuangan (ketersediaan akses masyarakat untuk menggunakan produk dan jasa keuangan formal) pun terus merangkak naik yaitu dari 76,19% pada tahun 2019 menjadi 85,10% di tahun 2022.

Selain meningkat, kepercayaan tersebut juga nampak kuat yang terbukti dari tidak adanya gejolak saat terjadi permasalahan dan penutupan bank-bank besar di Amerika Serikat, contoh penutupan Silicon Valley Bank (SVB) pada medio Maret lalu. Sedikit mengulik kasus SVB yang erat kaitannya dengan kepercayaan. Saat itu, SVB mengalami kerugian akibat suku bunga yang terus naik. Akhirnya, untuk memperoleh pendanaan segar, mereka melakukan penjualan saham. Aksi itu ternyata meruntuhkan kepercayaan investor dan nasabah terkait kondisi bank. Alih-alih memperoleh dana segar, investor dan nasabah malah menarik dana mereka dalam waktu beberapa hari saja.

Pengalaman Krisis Kepercayaan

Perbankan Indonesia juga memiliki pengalaman berharga mengenai pentingnya kepercayaan ini. Indonesia pernah menghadapi kondisi kritis saat krisis moneter tahun 1998, yang berimbas penutupan beberapa bank, dan hampir terulang pada 2008 saat terjadi krisis global. Pada saat itu otoritas dan industri perbankan bekerja keras untuk menjaga kondisi bank, yang ujung-ujungnya guna menjaga kepercayaan masyarakat. Berbagai kebijakan diterapkan, diantaranya yang masih diperbedatkan hingga sekarang yaitu pemberian dana talangan pemerintah kepada Bank Century (2008). Kebijakan dimaksud untuk menjaga psikologis masyarakat yang ketika itu mudah panik jika ada bank ditutup, meskipun bank skala kecil.  

Peristiwa yang baru-baru ini terjadi yaitu dugaan serangan siber yang melumpuhkan layanan Bank Syariah Indonesia (BSI) selama seminggu cukup menyedot perhatian masyarakat. Meskipun tidak berdampak signifikan bagi bank bersangkutan maupun industri perbankan umumnya, peristiwa tersebut menyentil dunia perbankan untuk lebih melebarkan pandangannya terhadap aspek-aspek kritikal yang perlu dijaga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline