Lihat ke Halaman Asli

Abdul Haris

TERVERIFIKASI

Menulis Untuk Berbagi

Tulisan di Blog Tidak Laku? Menulislah dengan Ikhlas

Diperbarui: 14 Februari 2016   09:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: howtoblogabook.com"][/caption]Dalam sekian tahun eksistensinya, Kompasiana mungkin telah menerima ratusan ribu atau mungkin jutaan tulisan bebas. Di sinilah para blogger ataupun citizen journalists bebas menyalurkan pemikiran, ide, uneg-uneg, curhat, curcol, atau apapun namanya dalam suatu karya tulis. Kompasiana, menurut penilaian saya, sangat apresiatif dengan para penyumbang tulisan ini.

Tidak hanya sekedar menyediakan wadah dan pengantar tulisan, Kompasiana juga terus mengembangkan inovasinya untuk merangsang orang agar konsisten dalam menulis. Dari sudut pandang saya, berbagai fitur seperti seperti Headline, Artikel Pilihan, Terpopuler, Tren di Google, dll, merupakan bentuk penghargaan terhadap hasil tulisan. Lebih dari itu, fitur tersebut juga menjadi pemicu adrenalin para Kompasianer agar tak pernah lelah dan bosan melahirkan tulisan-tulisan briliannya.

Terlepas dari itu semua, para blogger pasti telah memahami bahwa tulisan yang di publish tidak ada yang dapat menjamin kelak menjadi trending topic (populer, headline, dll). Mungkin, hanya para admin situs dan sudah pasti pembacalah yang menjadi juri atas kualitas tulisan kita. Sudah kondisi yang jamak bagi blogger saat telah bersusah payah mencurahkan pikiran untuk menghasilkan sebuah tulisan namun tanggapan para blogger lain tidak sesuai harapan. Tulisan yang terpampang di laman situs blog hanya dibaca segelintir orang (atau mungkin malah pembacanya si penulis sendiri, he he he, maaf bercanda).

Sah-sah saja dan wajar seorang blogger berupaya menghasilkan tulisan dengan motivasi tulisannya dapat mencetak “box office”, memperoleh apresiasi besar dari para pembacanya. Menulis isu yang sedang aktual, mencantumkan judul unik, atau sekedar menceritakan pengalaman sehari-hari, merupakan upaya agar tulisan banyak dibaca. Namun, sekali lagi, tanggapan para pembaca adalah di luar kontrol kita.

Ketika tulisan di blog memperoleh apresiasi bagus, motivasi kita untuk menulis akan semakin tinggi dan tentu tidak sulit bagi kita untuk terus menghasilkan tulisan berikutnya. Namun, jika kondisi sebaliknya yang terjadi, bagaimana? Nyerah? Boikot blogger? Pensiun dini dari blogger? Ya silakan saja, tapi saya tidak pernah menganjurkannya.

Tulisan atau blog “tidak laku” boleh jadi dianggap sebagai kegagalan. Tapi kegagalan itu bukanlah akhir dunia blog kita. Untuk mengusir keputusasaan, ada beberapa cara yang menurut saya cukup membantu.

Pertama, menulislah dengan ikhlas. Kita menulis karena memang ingin menulis. Kita ingin membagikan apa yang ada dalam benak kita. Kita berharap apa yang kita tulis dapat bermanfaat bagi orang lain. Upayakan untuk menekan dorongan menulis karena ingin masuk headline atau menjadi artikel pilihan admin. Saya menyadari, teori ikhlas ini mudah ditulis dan diucapkan, tapi dalam penerapannya bisa jadi luar biasa sulit. Tapi saya optimis, dengan berlatih menulis ikhlas lama kelamaan yang sulit itu akan dapat kita lakukan.

Kedua, menulis dengan cinta. Tolong jangan dimaknai kata “cinta” di sini secara tekstual sebagai tulisan romansa atau kisah asmara picisan, alay, lebay. Cinta di sini yaitu menulis karena kita memang suka menulis. Kita mencintai olah kata dalam tuangan tulisan. Ketika aktivitas menulis dinaungi kecintaa dan kepuasan akan tercapai ketika tulisan telah dihasilkan, maka kita akan dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa kecewa saat tulisan tidak diminati para pembaca.

Ketiga, teruslah menulis. “I can accept failure but I can’t accept not trying” kata Michael Jordan, legenda NBA. Berlatih dan terus berlatih untuk mencapai kesempurnaan, practice makes perfect and, more importantly practice perfectly. Semua adagium itu berlaku juga bagi para blogger. Semakin sering menulis maka kemampuan menulis akan kian terasah. Kualitas tulisan akan semakin baik dari waktu ke waktu. Harapannya, ya suatu ketika tulisan laris manis dibaca orang lain.

Nah, itulah cara kita untuk memotivasi diri agar tetap eksis menulis. Mungkin para blogger atau Kompasianer mempunyai strategi lain yang lebih jitu. Apapun itu, hal terpenting adalah para blogger mampu menjaga mood dan tetap produktif berkarya. Sekali-kali kita perlu mengingat kembali bahwa senjata terampuh para bapak bangsa dalam perjuangan dulu adalah karya tulisan (belum ada blog), menggambarkan betapa dahsyatnya sebuah tulisan.

Satu lagi, pesan seorang blogger kawakan, kalau ingin menulis mudah sekaligus bagus, ya banyaklah membaca.

Sekian, semoga bermanfaat…                   




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline