Saya tinggal di negara Indonesia, sebuah negara tropis yang indah. Terdiri dari ribuan pulau, perairan yang kaya akan hasil laut, tanah yang subur dan alam yang indah. Boleh dikatakan saya bersyukur kepada maha pencipta bahwa saya lahir dan besar di negara yang permai ini.
Saya mencintai Indonesia seperti mencintai alamnya, tapi saya tidak suka dengan orang-orang didalamnya (tidak semua, tapi banyak). Ketidaksukaan seorang manusia akan satu hal adalah hal alami. Ketidaksukaan saya lebih spesifik ada pada kondisi politik Indonesia.
Trend yang terjadi di Indonesia sejak 2014 adalah polarisasi politik. Rakyat Indonesia semakin partisan dalam berpolitik. Kebiasaan saling menjelek-jelekkan dan menghina serta memanggil dengan kata-kata kotor semakin sering dilakukan. Hal ini beriringan dengan perkembangan media sosial yang pesat dimana banyak individu semakin leluasa mengeluarkan pendapatnya melalui sarana digital tanpa tatap muka dengan orang di dunia nyata.
Perbedaan pandangan politik itu hal wajar karena manusia tidak semuanya berpikir sama. Namun bagaimana jika perbedaan pandangan politik ini menjadi penyulut api kebencian dan rasa marah? Apakah hidup anda di dunia ini hanya terfokus pada kebencian akibat politik?
Berbagai macam istilah yang men-dehumanisasi dan mengolok-olok orang yang memiliki perbedaan pandangan politik semakin sering digunakan:
"Cebong, kampret, kadrun, buzzer, dll"
Ini semua merupakan representasi dari polarisasi di masyarakat Indonesia yang tidak berubah sejak 8 tahun terakhir dan sepertinya akan terus terjadi sampai tahun-tahun mendatang.
Jadi anda merasa paling benar?
Boleh, silahkan pertahankan opini anda.
Tapi tolong berpolitiklah tanpa menjadi fanatik. Terimalah kritik, diskusi dengan kata-kata baik. Dan jangan biarkan ego manusiamu menodai alam Indonesia yang cantik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H