Lihat ke Halaman Asli

ABD HARIS

guru sd

Guru dan Literasi Merupakan Peran Penting Membangun Generasi Cerdas di Era Digital

Diperbarui: 13 Desember 2024   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: pexels.com)

Sebagai seorang guru, saya sering merenungkan peran penting literasi di tengah derasnya arus informasi era digital. Literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi mencakup pemahaman, analisis, dan aplikasi informasi dalam kehidupan sehari-hari. Di era ini, tantangan yang dihadapi oleh guru dan siswa semakin beragam, terutama dalam membekali generasi muda dengan keterampilan literasi yang relevan.

Kemajuan teknologi membawa banyak manfaat, tetapi juga menghadirkan tantangan baru. Anak-anak kita sekarang tumbuh dengan perangkat digital di tangan mereka. Mereka memiliki akses tak terbatas ke informasi, tetapi tanpa bimbingan yang tepat, mereka bisa tersesat dalam lautan informasi yang tidak selalu valid.

Sebagai guru, saya melihat pentingnya mengajarkan literasi digital sejak dini. Literasi digital meliputi kemampuan mencari informasi, memverifikasi kebenarannya, dan menggunakan teknologi secara bertanggung jawab. Misalnya, saat siswa diminta membuat presentasi, mereka tidak hanya dituntut mencari data tetapi juga memahami sumbernya dan mengolahnya menjadi informasi yang bermakna.

Guru adalah garda terdepan dalam membangun budaya literasi di sekolah. Namun, dalam kenyataannya, tugas ini tidaklah mudah. Saya sering merasa terbatas oleh waktu yang padat dan tuntutan administrasi yang tinggi. Meski begitu, saya percaya bahwa langkah kecil bisa membawa perubahan besar.

Salah satu cara sederhana yang saya lakukan adalah menyediakan waktu khusus untuk membaca di kelas. Saya memilih bahan bacaan yang menarik dan relevan dengan kehidupan siswa. Tidak hanya itu, saya juga mendorong diskusi agar siswa bisa belajar mengekspresikan pendapat mereka.

Selain itu, saya berusaha mengintegrasikan literasi ke dalam semua mata pelajaran. Misalnya, dalam pelajaran matematika, saya mengajak siswa menganalisis grafik atau data dari artikel berita. Dengan cara ini, mereka belajar bahwa literasi bukan hanya urusan pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi juga keterampilan hidup yang melibatkan semua bidang.

Meskipun upaya telah dilakukan, ada banyak hambatan yang sering saya temui. Salah satunya adalah rendahnya minat baca siswa. Era digital yang serba instan membuat mereka lebih tertarik pada video atau permainan daring daripada buku.

Untuk mengatasi hal ini, saya mencoba pendekatan yang lebih kreatif. Contohnya, saya menggunakan teknologi untuk memotivasi mereka membaca, seperti melalui aplikasi buku digital atau kuis interaktif berbasis cerita. Cara ini terbukti membantu menarik minat siswa sekaligus meningkatkan pemahaman mereka.

Namun, membangun literasi tidak bisa dilakukan guru sendirian. Diperlukan dukungan dari berbagai pihak, seperti orang tua, pemerintah, dan masyarakat. Orang tua, misalnya, dapat mendampingi anak dalam memilih konten yang berkualitas. Pemerintah juga perlu menyediakan fasilitas yang memadai, seperti perpustakaan digital yang mudah diakses.

Sebagai guru, saya berharap literasi bisa menjadi gerakan bersama. Kita perlu menyadari bahwa membangun generasi cerdas bukan hanya tugas sekolah, tetapi tanggung jawab bersama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline