Lihat ke Halaman Asli

Haris Fauzi

Pembelajar

Lelah Fisik dan Mental Akibat Pandemi

Diperbarui: 4 Februari 2021   08:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

COVID-19 || Sumber gambar: twitter/gwsiowhajja

Kapan kelarnya nich? 

Kata ini merupakan perwujudan darri kondisi lelah fisik dan mental akan COVID-19, memasuki fase pandemic fatigue. Semakin hari, semakin berat untuk mematuhi protokol kesehatan.

Pada awal pandemi, dengan mudah orang taat menghindari keramaian, tinggal di rumah, rutin disinfektasi perabotan dan juga barang baru yang akan dibeli, bahkan tidak lupa mengganti masker setiap 4 jam sekali.

Tanpa terasa, pandemi COVID-19 di Indonesia telah berlangsung selama hampir setahun, kita belum tahu kapan pandemi COVID-19 akan berakhir, dan sekarang mengikuti pedoman dasar pencegahan COVID-19, seperti protokol 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) terasa semakin  menjadi tantangan yang berat.

Kelelahan akan menghadapi pandemi atau pandemic fatigue bukanlah hal yang aneh untuk dialami seseorang. Menurut teori psikologi, perubahan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan semisal mematuhi protokol kesehatan, berhenti merokok, diet, rajin berolahraga, setelah melewati 6 bulan dilakukan, ada kemungkinan sebesar lima puluh persen akan kembali ke kebiasan lama.

Namun nyatanya, saat ini kasus harian COVID-19 di Indonesia masih mencapai ribuan orang dan beberapa hari yang lalu sudah menyentuh angka 1 juta lebih kasus. Indonesia bahkan belum mengalami fase gelombang pertama. Hampir 15 ribu orang yang telah meninggal akibat pandemi ini , maka seharusnya saat ini belum waktunya untuk kita kendur dan berhenti berjuang.

Akan tetapi fakta berbicara lain, banyak orang yang merasakan pandemic fatigue, kondisi lelah orang akan wabah dalam fisik dan mentalnya. Berikut sudah saya rangkum beberapa alasan psikologis mengapa kelelahan muncul,  ada beberapa tips untuk menyiasatinya.

Hati-hati jangan picik dalam melihat dan memilah informasi.

"Pandemi sudah berjalan hampir setahun tapi aku dan keluarga belum tertular..."

Dua indikator yang akan memperngaruhi perilaku dan kepatuhan seseorang dalam menjalani protokol kesehatan: persepsi kerawanan dan persepsi keparahan. Mari kita ulas satu persatu.

Persespi kerawanan atau seberapa rentan kita tertular? Walau lebih dari 1 juta orang terkena kasus COVID-19 di Indonesia, secara populasi hanya kurang dari 1 persen terinfeksi. Sekilas angka ini dapat membuat orang meremehkan pandmei. Nyatanbya, tergantung dimana anda tinggal. Di kota besar pusat transmisi, nilai ini akan lebih tinggi. Tidak jarang anda akan mengenal beberapa orang yang positif atau meninggal karena COVID-19 ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline