Lihat ke Halaman Asli

Haris Fauzi

Pembelajar

Mengapa Cinta Beriringan Derita

Diperbarui: 16 Juli 2020   16:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta dan Derita || Sumber Gambar: Instagram Mesko

"Tentu saja, akau akan melukaimu. Tentu saja engkau akan melukaiku. Tentu saja, kita akan saling melukai. Saling merasa kecewa. Tetapi, bukankah ini bagian dari hidup?" kata pangeran kecil, entah kepada serigala atau bunga mawar. Itu yang kuingat dari dongeng pangeran kecil.

Tetapi dalam kehidupan ini, pada waktu tertentu, engaku barangkali  akan bertanya, "Mengapa dalam hidup ini ada semacam kekejaman, ketika orang yang paling tajam melukaimu adalah orang yang menurut perasaanmu adalah yang paling engkau cintai?

Aku ingat seorang teman ketika telah sampai di puncak Lawu pernah mengatakan kepadaku begini. "Edelweis terbaik ada di tempat yang berbahaya, yang sangat sulit dijangkau pendaki. Bahaya dan ancaman luka membuat orang menjauhinya. Hanya orang-orang yang siap menempuh risiko terluka dan terperosok ke dalam jurang yang bisa melihat keindahan murninya."

Lantas mengapa ada beberapa keindahan yang disembunyikan dalam luka, dalam bahaya, dalam kekecewaan? Barangkali karena ada dua hal yang bertolak belakang. Ada luka yang ditimbulkan oleh perasaan palsu tentang cinta atau keindahan yang juga tak tulus benar, dan haltersebut merusak. 

Di sisi lain ada luka yang ditimbulkan oleh cinta dan keindahan yang tulus dan murni, dan itu menyembuhkan sekaligus menyelamatkan dari kepalsuan. 

Dan asal kau tahu, guru kami menagatakan, "Cinta beriringan dengan derita, kekecewaan, luka, agar tidak semua orang bisa mengklaim telah memiliki cinta sejati tanpa pembuktian.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline