Keikutsertaan kaum muda di majelis pengajian para habib di beberapa kota besar telah menjadi wahana bersososialisasi bagi mereka untuk menghabiskan masa muda secara produktif dan mengarah ke hal religius. Kaum muda memandang sebuah majlis taklim para habib sebagai tempat untuk menimba ilmnu agama berbarengan dengan bersuka ria dengan sahabat yang seangkatan. Kaum muda bersuka ria yang ditujukan untuk kepentingan agama. Mereka memanfaatkan majelis habib tersebut untuk berinteraksi, menunjukkan eksistensi, dan menjalani mobilitas sosial. Dalam lingkungan yang seperti ini, para anak muda memiliki kesempatan untuk memperoleh kawan, dukungan emosional, dan pengalaman baru pula.
Kaum muda berada dalam fase untuk mencari naungan guru spiritual dan berkah darinya. Menghadapi siklus kecemasan diri dan ketidakpastian bagi mereka yang menghadapi kerasnya kehidupan. Hal ini terjadi seringkali pada anak muda yang berada dalam kelas menengah ke bawah. Berpartisipasi dalam pengajian majlis habib dilatarbelakangi untuk mencari tempat berteduhnya hati dalam solusi keagamaan. Mengulik cara untuk memecahkan bermacam problem kehidupan mereka.
Habib dalam mata mereka laksana sumber yang memancarkan keberkahan di mana mereka masih memiliki keterkaitan darah dengan Nabi Muhammad. Berkah dalam diri habib diasosiasikan sebagai bentuk kebajikan yang mendatangkan kelimpahan rezeki, kebahagiaan., dan kesejahteraan diri.Mentransferkan keberkahan habib bagi kaum muda diyakini dengan menatap angsung wajah habib dan mencium tangan mereka.
Sebagai contoh beberapa majlis habib di kalangan pemuda yang tidak bisa lepas dari campur tangan pimpinannya, Habib Mundzir bin Fuad al-Musawwa dengan Majelis Rasuluallahnya. Habib Mundzir dalam kacamata jamaahnya diasosiakan sebagai pribadi yang karismatik dimana ceramah dan karakternya memberikan kesan mendalam bagi yang mendengarkan. Kepribadian Habib Mundzir mencerminkan sikap dan tindak Rasuluallah.
Dalam kacamatan Bourdieu, ilmu agama dan hubungan darah dengan Nabi Muhammad menjadi modal religius untuk menunjukkan taraf kualifikasi keagamaan di mana para agamawan bisa memonopoli daya agama yang mengakusisi bagi masyarakat dan pengelolalan layanan produk majlis. Strategi dakwah dan perkembangan teknologi menjadi perantara kaum muda untuk datang dan mengenal majlis habib lebih dekat. Penekanan dalam model dakwah tersebut nampaknya menjadi daya jual bagi kaum muda untuk mengikuti dan bergabung di majlis para habib.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H