Lihat ke Halaman Asli

Haris Fauzi

Pembelajar

Perlukah Label Wisata Halal?

Diperbarui: 19 November 2018   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia memang limpahan syurga. || Sumber gambar: Haris Fauzi Photo

Sertifikasi halal menjadi tantangan sekaligus peluang dalam dunia jalan-jalan. Hal ini tentu berimbas dalam membuat trust para wisatawan. Mendatangkan wisata mancanegara menjadi isu strategis bagi keuangan dan pendapat. 

Menarik minat para wisatawan mancanegara ke dalam negeri tidak semudah mengirimkan wisatawan lokal ke luar negeri. Sertifikasi halal menjadi salah satu yang patut dipertimbangkan.

Membuat paket wisata halal Indonesia tidak segampang karena berkaitan dengan membangun kepercayaan. Wisata halal lebih mudah dipasarkan untuk wisatawan dalam negeri yang sudah akrab dengan kultur Indonesia yang beragam. 

Wisatawan mancanegara yang tidak familiar dengan kondisi di Indonesia, benar-benar memastikan paket wisata yang ditawarkan jika ingin tenang dan nyaman. 

Agen perjalanan cenderung lebih banyak menjual paket halal ke luar negeri. Hal ini tentu beralasan, selain lebih mudah dalam menawarkannya, paket wisata di luar juga sudah mendukung hal tersebut. Kesulitan merencanakan paket wisata halal dalam negeri terhambat karena akomodasi yang bersertifikat masih minim, sehingga agen perjalanan amat kesulitan menentukan pilihan yang ditawarkan.

Pemerintah melalui lembaga terkait sudah saatnya melihat peluang dan memberikan akses untuk mempromosikan kebijakan sertifikasi halal dalam ranah pariwisata, termasuk di dalamnya hotel, restoran, akomodasi sampai wilayah pariwisata yang menarik minat wisatawan. 

Sertifikasi halal menjadi sangat menjanjikan dan dibutuhkan agar wisatawan mancanegara mempercayai dengan paket wisata halal Indonesia. Paket wisata sampai saat ini masih berkutat wilayah sentral, semisal Bali, Lombok, Medan dan sebagian kecil Jawa.

Pemasaran wisata halal sangat berkaitan dengan target wisatawan yang disasar, kalau kita jeli melihat promosi bersamaan dilakukan dengan pemasaran wisata konvesional. Pemerintah beberapa kali telah mempromosikan di ITB Asia 2018 Singapura pada Oktober lalu. 

Potensi wisata halal dinilai sangat menarik untuk dieksplor lebih jauh lagi, hal ini menjadi pertanda wisata halal memiliki pasarnya sendiri di masyarakat global. Oleh karena itu, tentu ini menjadi pekerjaan bersama Indonesia untuk menjangkau pasar yang lebih beragam dan luas.

Sebagimana dalam Global Muslim Travel Index 2018 menjelaskan bahwa dua tahunan ke depan diperkirakan akan ada 158 juta wisatawan Muslim yang menjadi sasaran wisata halal. Jumlah tersebut meningkat 30 persen sejak 2016. Ditaksir nanti 2026 total wisatawan Muslim diperkirakan mencapai 300 Miliar AS, mencapai dua kali lipat lebih besar dari jumlah dalam satu dekade terakhir. 

Secara umum pasar wisatawan halal memang masih dalam tahap berkembang. Agen perjalanan masih tersebar dan berjalan sendiri-sendiri. Hal ini berbeda dengan paket wisata konvesional yang sudah memiliki jalur yang kuat. Global Islamic Economy 2108 melaporkan bahwa ada lima negara Muslim dengan rata-rata belanja terbesar dalam urusan dolan seperti Saudi (21 miliar dolar AS), Uni Emirat Arab (16 miliar dolar AS), Qatar (13 miliar dolar AS), Kuwait (10 miliar dolar AS), dan Indonesia (10 miliar dolar AS).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline