Lihat ke Halaman Asli

Kelabu

Diperbarui: 4 Desember 2015   20:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KELABU

Langit tak membiru tertutup kumpulan awan abu-abu, hari demi hari berlalu sudah berbulan-bulan ku nanti hujan pun belum pasti.

Kebun Bapak ku kering tembakau menguning sebelum waktunya. Panen di usia muda menurunkan kwalitas dan rupiah yang Ibu terima dari pengepul.

Kepulan asap kembali terlihat dari kejauhan, itu bukan kabut yang menggandung titik air, melainkan asap pekat dari api yang membakar pepohonan dari batang hingga pucuk daun.

Hewan liar berkeliaran di pemukiman penduduk, merusak ladang dan kebun. Mencabik dan porak-porandakan apa-apa yang ada di depan mata.

Api begitu angkuhnya terus menerus membakar lahan kering akibat yang namanya kemarau, serupa kesombongan para pengusaha yang membuka lahan degan mancis menyaru musim terang.

Bekantan jantan memang kurang ajar, mendengar letupan senapan lari terbirit ke pinggir hutan meninggalkan jejak penderitaan.


ttd,


harisepta

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline