Lihat ke Halaman Asli

Haris Danial

Lebih suka dengan tantangan

Inovasi Terbarukan Mahasiswa UNG: E-Speech Therapy bagi Anak Tunagrahita

Diperbarui: 27 Agustus 2021   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Program terapi bunyi ujaran bagi penyandang tunagrahita dengan metode motorik E-Speech Therapy yang dilaksanakan di SLB Kota Gorontalo telah berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Dalam pencapaian target luaran dalam kegaitan ini adalah diawali dengan survei lokasi tujuan guna mengetahui prosedur dalam melaksanakan kerjasama dengan mitra, langkah selanjutnya adalah menyelesaikan proses administrasi perizinan dalam melaksanakan kegiatan tersebut.

Konsolidasi dengan lembaga mitra yakni SLB Kota Gorontalo dilakukans setelah proses administrasi perizinan selesai, kegiatan ini dilakukan pada tanggal 15 Juni 2021. Tahapan ini dilakukan sebagai langkah pengumpulan data awal berupa repetisi bunyi bagi anak tunagrahita. Ada sebanyak 15 anak tunagrahita menjadi sampel yang dizinkan oleh SLB Kota Gorontalo mengikuti kegiatan ini dalam kategori tunagrahita ringan. Rekomendasi anak yang dijadikan sasaran memiliki latar belakang masalah motorik yang berbeda-beda. Sosialisasi awal sekaligus pembukaan kegiatan dilakukan pada tanggal 5 Juli 2021, pada tahap ini kami melakukan pendekatan secara personal (diagnosa awal) untuk mengetahui kesalahan fonologis dan motorik anak tunagrahita, kemudian dilakukan dengan pengenalan kegiatan guna merangsang motorik anak tunagrahita.

Berdasarkan diagnosa awal tes kemampuan anak terhadap pengenalan bunyi dan gambar menunjukkan bahwa anak masih belum terbiasa dengan bunyi dan beberapa diantaranya masih kaku dalam menjawab pertanyaan. Hal ini dapat terlihat dari hasil evaluasi kemampuan anak dalam mengenal bunyi secara keseluruhan mencapai 39.5% . Hal ini berarti anak masih belum terbiasa mengenal bunyi-bunyi dalam aplikasi dengan baik. Sementara itu, hasil diagnosa akhir tes kemampuan anak terhadap pengenalan bunyi dan gambar menunjukkan bahwa anak sudah mulai terbiasa dengan bunyi. Hal ini dapat terlihat dari hasil evaluasi kemampuan anak dalam mengenal bunyi secara keseluruhan mencapai 60% . Hal ini berarti anak sudah terbiasa mengenal bunyi-bunyi dalam aplikasi dengan baik

Anak tunagrahita dibimbing dan dibiasakan untuk melatih motorik anak dalam berujar. Penggunaan aplikasi E-Speech Therapy dapat dijadikan media ajar bagi guru dalam melatih kemampuan anak dalam berbicara. Keinginan menggunakan media berbasis digital berupa handphone menjadi modal untuk dikembangkan bagi anak tunagrahita dalam proses pembelajaran ujaran bunyi dan motorik. Dalam program ini, tim juga telah menyediakan buku panduan penggunaan media E-Speech Therapy sehingga media pembelajaran berbentuk E-Speech Therapy ini dapat digunakan oleh semua sekolah SLB di Indonesia, khususnya bagi anak penyandang tunagrahita. 

Upaya pemulihan melalui media ini berdasar bunyi-bunyi A-Z tetapi dapat diintegrasikan pada bunyi yang mengalami kesulitan yang melibatkan gerak alat-alat bicara, bukan pada bunyi-bunyi konsonan itu sendiri. Jadi yang dipulihkan adalah bunyi-bunyi yang melibatkan gerak suatu alat bicara, misalnya si anak mengalami kesulitan dalam bunyi dorso velar berarti yang dilatih adalah segala bunyi yang melibatkan gerak artikulator pangkal lidah dan langit-langit lunak. Demikian juga ketika si anak mengalami kesulitan dalam bunyi geseran amino alveolar maka yang dilatih adalah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh gerak ujung lidah dan gusi. Ada beberapa alternatif cara yang disajikan dalam terapi motorik anak dalam berujar yang dapat dijadikan sebagai alternatif melatih motorik anak.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline