Lihat ke Halaman Asli

Mendengar, Memahami, dan Melakukan: Kunci Keseimbangan dalam Iman

Diperbarui: 8 Juni 2024   19:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kokohnya sebuah bangunan sangat tergantung pada dasarnya. 

Jika dasar bangunannya tidak kuat, maka seiring berjalanannya waktu, sebuah bangunan akan runtuh diterpa badai atau gempa.

Saat mengakhiri khotbah Yesus di bukit, Yesus mengakhirinya dengan memberi peringatan kepada para pendengar khotbah-Nya bahwa respon terhadap ajaran-Nya seperti membangun dasar. Berikut penguraiannya.

Dasar pertama adalah membangun diatas dasar batu (Matius 7:24-25). Maksud Yesus adalah dasar iman orang percaya tidak bisa dibangun berdasarkan mendengar khotbah yang baik saja. 

Justru, perkataan Yesus ini mengacu kepada rentetan khotbah-Nya di bukit, yang diawali dengan pesan "berbahagialah." 

Bayangkanlah kala itu, Yesus adalah satu-satu-Nya pengajar yang paling handal dan berpengaruh karena Ia memiliki banyak penggemar, kualitas khotbah-Nya bahkan melampaui kualitas khotbah pemuka agama saat itu (Matius 7:28-29). 

Namun, bagi Yesus, khotbah-Nya tidak berpengaruh apa-apa atau tidak berdampak bagi iman pendengar-Nya, jika mereka tidak menghidupi khotbah-Nya. 

Jadi, sia-sia mendengar khotbah yang baik, jika tidak mempraktekannya. Apalagi khotbah yang buruk? 

Maksud saya khotbah yang buruk adalah khotbah yang tidak dipersiapkan dengan baik sesuai prinsip penafsiran yang benar. 

Lantas, saya mau memperingati para pengkhotbah atau pengajar agar tidak boleh sekedar mempersiapkan materi khotbah. 

Khotbah mesti dipersiapkan sungguh-sungguh, urusan menghidupi itu urusan lain. Urusan Anda sebagai pengajar tidak boleh asal-asalan "meramu" khotbah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline