Lihat ke Halaman Asli

Sasaran Utama Retorika Dakwah

Diperbarui: 29 Juni 2024   00:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sasaran Utama Retorika Dakwah

Retorika dakwah menargetkan semua manusia, baik muslim, kafir, maupun munafik. Nabi Muhammad, pada masa awal Islam, berdakwah sesuai perintah Allah dalam al-Qur'an. Pemetaan sasaran dakwah dapat dilihat dari respons manusia terhadap al-Qur'an, sebagaimana diilustrasikan dalam QS. Fathir/35: 32.

Ayat ini menunjukkan tiga tipe respons terhadap al-Qur'an. Kelompok pertama adalah mereka yang menganiaya diri sendiri (zalim linafsih). Menurut Ibnu Katsir, kelompok ini lalai dalam menunaikan perintah Allah dan malah melakukan larangan. Misalnya, mereka menyembah berhala dan menghindari zakat. Mereka merupakan sasaran pertama retorika dakwah.

Kelompok kedua merespons secara setengah-setengah atau pertengahan, bimbang tentang kebenaran al-Qur'an. Mereka hanya separuh hati dalam mengamalkan ajaran. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa kelompok ini menunaikan perintah wajib dan meninggalkan larangan, namun seringkali tidak konsisten dalam mengamalkan sunnah. Kelompok ini identik dengan orang-orang munafik dan merupakan sasaran kedua retorika dakwah.

Kelompok ketiga adalah mereka yang bersegera berbuat kebaikan (sabiq bil-khairat). Mereka secara konsisten menaati dan menerima perintah Allah, sebagaimana dianjurkan dalam QS. al-Baqarah/2: 148. Kelompok ini adalah yang terbaik dan menjadi harapan untuk melanjutkan dakwah secara berkesinambungan.

Selain respons terhadap al-Qur'an, sasaran retorika dakwah juga dapat dipetakan berdasarkan lapisan sosial, pendidikan, ekonomi, jenis kelamin, geografis, etnis, dan lainnya. Pemetaan ini membantu dalam menyampaikan dakwah yang lebih efektif dan relevan bagi setiap kelompok.

Oleh: Syamsul Yakin, Dosen Retorika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline