Lihat ke Halaman Asli

Hari Purwanto

Do The Best

Membangun Indonesia Dengan Optimis Bukan Pesimis

Diperbarui: 16 September 2018   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Membangun Indonesia. Dua buah kata yang terdengar ringan. Seperti misalnya "membangun rumah tangga". Ringan kata-katanya, namun memerlukan pemikiran yang mendalam. Satu pertanyaan yang penting, harus mulai dari mana? Dulu gagasan membangun Indonesia dengan Pancasila itu terdengar utopis, terdengar terlalu indah untuk menjadi kenyataan dan membangkitkan pesimisme.

Sekarang jika aku ditanya, bagaimana membangun Indonesia, aku sudah memiliki jawaban yang lebih realistis dan optimis. Bisa disebut realistis karena sudah ada yang melakukannya. Bisa dibilang, arah pembangunan pemerintahan saat ini arahnya sudah jelas dan lebih realistis daripada yang sebelum-sebelumnya.

Pemerintahan saat ini mengerti betul, untuk membuat Indonesia bersatu, perut rakyat tidak boleh lapar. Oleh karena itu pemerintah berupaya untuk memenuhi kebutuhan dasar, yakni dengan cara:

* Memberlakukan BBM 1 harga secara nasional

Maksud 1 harga disini bukan berarti sama persis, tapi selisihnya tidak banyak. Saat ini BBM didapat secara resmi melalui perwakilan Pertamina di daerah, dengan harga yang relatif jauh lebih murah dibanding sebelumnya. Dulu harga BBM di pedalaman Kalimantan bisa mencapai 45 ribu rupiah per liter, sekarang harganya sudah dibawah 10 ribu rupiah.

* Membangun infrastruktur secara masif

Tidak bisa dipungkiri, pemerintahan saat ini sangat "gila membangun", baik jalan darat, jembatan, jalan tol, pelabuhan, bandara, pos lintas batas, rel kereta api. Setiap waktu kita menyaksikan presiden meresmikan ini, meresmikan itu di media-media nasional. Bahkan proyek-proyek yang terbengkalai dari pemerintahan zaman baheula pun dituntaskan seperti misalnya Waduk Jatigede dan beberapa proyek pembangkit listrik.

* Mengalihkan subsidi kepada mereka yang berhak

Subsidi di masa lalu, menjadi sebuah "bancakan" kolosal. Salah satunya adalah subsidi BBM. Dari dulu otak kita tidak bisa menangkap logika kenapa BBM harus disubsidi, dimana justru pembeli paling banyak adalah orang yang berduit.

Akhirnya ada juga pemimpin yang berani mengalihkan sebagian besar subsidi BBM ke subsidi langsung seperti Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar dan program lagsung untuk keluarga pra sejahtera lainnya.

Kita tetap Optimis jangan Pesimis, bahwa kita bisa bangkit lagi dengan kemampuan yang kita miliki. Kita harus memulai dari diri kita masing-masing, inisiatif. Kita harus kritis terhadap keadaan negri ini, untuk mewujudkan Indonesia yang sesuai harapan bersama. Baik dari rakyat  maupun pemerintah harus bekerja sama dan sinergis dengan kemampuannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline