Lihat ke Halaman Asli

Harintian Abidin

Seorang Pendidik

Gotong Royong Dalam Upaya Menjaga Kearifan Lokal Kota Balikpapan

Diperbarui: 12 November 2022   10:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bangsa Indonesia terlahir sebagai bangsa besar yang multikultur, kuat bersama perbedaan serta bersatu dalam keberagaman. Menurut Bhiku Parekh, dalam Azra A. (2006) menyatakan bahwa masyarakat multikultur merupakan suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa komunitas budaya dengan kelebihan dan kekurangan di dalamnya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan. Dengan presentase sebesar 40,22% atau sejumlah 95,2 juta penduduk Indonesia merupakan suku jawa, kemudian di susul sunda, batak, bugis, madura, minangkabau, selain itu lebih dari 400 suku yang tersebar di papua dan papua barat, 208 suku berasal dari pulau sulawesi serta 268 jenis suku dayak tersebar di seluruh pulau kalimantan. Sejumlah suku yang telah di sebutkan diatas membawa pula kebudayaan dan identitas lainnya seperti bahasa, ras, rumah, baju dan tarian adat, ukiran, makanan khas.

Keragaman tersebut merupakan aset bangsa Indonesia yang harus kita jaga dan lestarikan sehingga mampu memberikan ketentraman dan kedamaian bagi rakyat Indonesia agar ke depan tidak banyak menimbulkan persoalan yang mengancam disintegrasi bangsa. Sesanti Bhinneka Tunggal Ika tidak hanya semboyan yang dapat di temukan di setiap ruangan yang didalamnya terpampang lambang negara. Bhinneka Tunggal Ika merupakan sumber nilai utama dari bertahannya kemerdekaan dan kedamaian di indoneisa hingga saat ini. Nilai gotong royong yang bersumber dari Bhinneka Tunggal Ika sangat berkaitan dengan arti semboyan negara itu sendiri. Berbeda-beda tetapi tetap satu, dimana dalam perbedaan dan keragaman di masyarakat ada satu nilai yang menjadikan tetap satu, tidak lain adalah nilai gotong royong.

Sebagai pintu gerbang Provinsi Kalimantan Timur, Kota Balikpapan bahkan bisa di katakan lebih popular daripada ibukota provinsi itu sendiri. Kota dengan segudang prestasi ini, beberapa diantaranya 18 kali mendapatkan penghargaan adipura, kota layak huni ketiga se-Indonesia, serta pada tahun 2015 di anugerahi penghargaan The World's Most Loveable City atau kota paling dicintai di dunia mengalahkan paris dan 42 kota dunia lainnya, menjadikan kota ini memiliki hati tersendiri bagi yang pernah tinggal maupun hanya sekedar berkunjung. Kenyamanan, ketentraman dan iklim ekonomi yang baik, mengundang pendatang untuk menetap di Balikpapan, berkerja mencari penghidupan, menetap, beranak cucu hingga usia senja. Berpenduduk 688.318 jiwa berdasarkan sensus penduduk tahun 2020, dengan mayoritas suku jawa sebanyak 43%. Kota Balikpapan sejatinya tidak memiliki suku asli, seperti Kabupaten Kutai Barat dengan suku dayaknya. Proses dari akulturasi yang membawa kearifan lokal dari berbagai daerah tiba di Balikpapan. Beberapa diantaranya termasuk kuliner adalah sebagai berikut:

  • Barongan
  • Paguyuban seni tari dari berbagai daerah
  • Kuda lumping
  • Pagelaran wayang
  • Campur sari
  • Kue talam, amparan tatak, bingka (Kalsel)
  • Beraneka kue dan makanan yang berasal dari sulawesi (barongko, coto makassar, sop saudara, kondro, pisang peppe')
  • Bubur samarinda, amplang dan olahan ikan tawar lainnya

Keanekaragaman lain dapat di jumpai di pasar inpres kebun sayur yang terletak di Kelurahan Marga Sari, Kecamatan Balikpapan Barat. Bagi penduduk yang menetap maupun bagi yang hanya sekedar berkunjung untuk berwisata, pasar ini menyediakan beraneka jenis pernak pernik khas kaltim seperti berbagai jenis batu permata, ukiran, kalung, gelang, cicin yang terbuat dari batu, pakaian adat, topi, tas hingga obat tradisional dapat di temukan di pasar ini, serta motif batik ampiek yang diakui sebagai satu motif khas Balikpapan

Semua bentuk keragaman yang telah di sebutkan diatas diteruskan oleh generasi muda, menjadikannya kearifan lokal yang sangat berharga bagi kota Balikpapan. Sangat di sayangkan jika generasi muda lebih memilih nongkrong berjam-jam di coffee shop ketimbang menikmati es kelapa muda di pinggir melawai, memilih sushi atau bulgogi yang berasal dari Korea dan Jepang ketimbang, nasi padang upik. Menonton pagelaran budaya tanpa tau cara mengapresiasi para seniman tersebut.

Sudah seyogyanya kita memaknai gotong royong tidak hanya pada sisi membantu membersihkan lingkungan RT, membantu menjaga lingkungan tiap malam. Gotong royong dapat digunakan dalam upaya menjaga agar kearifan lokal tetap eksis, tetap bertahan di tengah terpaan isu global. Gotong royong dalam mengapresiasi segala bentuk kebudayaan, dalam mempelajari berbagai kebudayaan yang ada di kota kita tercinta, memberdayakan ekonomi kerakyatan dengan menggunakan dan mengkonsumsi olahan dalam kota. Gotong royong membangun kota Balikpapan sesuai mottonya, (Beriman) bersih indah aman dan nyaman tetap terwujud sampai kapanpun.

Impelementasi nilai gotong royong dalam upaya menjaga kearifan lokal juga harus di lakukan dari jenjang pendidikan dasar dan menengah. Di sekolah harus adanya mata pelajaran muatan lokal, yang memuat berbagai macam pengetahuan tentang kearifan lokal, tempat wisata, kuliner dan regulasi mengenai kebersihan lingkungan. Pada lingkungan keluarga, orang tua dan anggota keluarga lainnya menjadi mesin pendukung yang baik terhadap minat bakat anak terhadap sebuah budaya, memperkenalkan masakan dan makanan khas Indonesia, ketimbang makanan cepat saji maupun internasional.

Hilangnya kearifan lokal akan nampak di depan mata ketika banyak pihak yang apatis, mengkhianati perjuangan para pendiri bangsa. Oleh karena itu jangan malu untuk terlihat beda dengan menyukai sebuah seni keaderahan, jangan merasa norak jika tidak membeli segelas kopi di resto starbucks. Banggalah jika kita menjadi bagian dari orang yang mengimplementasikan nilai gotong royong dari Bhinneka Tunggal Ika dalam menjaga kearifan lokal, khusus nya di Kota Balikpapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline