Lihat ke Halaman Asli

Kisah Lembaran Uang dan Sopir Angkutan

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap pagi pada jam 7-an angkutan kota selalu dipenuhi dengan penumpang dari pelajar, pekerja, pedagang pasar dan ibu-ibu yang berbelanja ke pasar. Dalam sebuah angkot yang kunaiki menuju terminal Penggaron ini pun tidak begitu banyak penumpang.

Salah seorang ibu yang pekerja kantoran turun di arah perempatan. Sambil mengeluarkan uang dan memberikan kepada sopir angkut.

"Wah Bu, belum ada kembaliannya." kata sopir angkutan

Si Ibu merasa bersalah dengan lembaran 50 ribuannya.

"Wah saya tidak bawa uang pecah Pak." kata Ibu

"Ya sudah Bu, dibawa saja. Lain kali saja." kata sopir angkutan

Si Ibu mengangguk. Mudah-mudahan masih bisa bertemu lagi untuk membayar angkut yang belum ia bayar.

Dalam perjalanan itu, ada seorang anak gadis SMU yang kiranya akan turun. Dari pertigaan tadi sepertinya sangat gelisah. Beberapa kali membuka tas dan menggeledah semua isi tas. Akhirnya saatnya turun.

"Kiri. Pak, maaf dompet saya ketinggalan. Saya hanya punya uang 500 rupiah." jawab anak gadis itu

"Udah Dik, uangnya bawa saja untuk bekal." kata pak sopir

"Terima kasih Pak. " Jawab anak itu dengan menunduk merasa bersalah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline