Lihat ke Halaman Asli

Bahaya Laten Intoleransi dan Radikalisme Agama

Diperbarui: 13 November 2020   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Intoleransi berarti tidak ramah terhadap atau tidak menghargai perbedaan. Sedangkan radikalisme yang dimaksudkan di sini adalah sikap yang memusuhi perbedaan. Jadi, radikalisme itu satu tingkat di atas intoleransi.

Naik lagi sedikit adalah terorisme. Ini adalah musuh global. Terorisme memerangi perbedaan dan menghalalkan kekerasan, seperti pembunuhan, penyerangan dengan senjata, dan pengeboman.

Intoleransi, radikalisme, dan terorisme ada dalam banyak agama. Realitas ini tidak hanya hidup dalam satu agama tertentu. Hampir semua agama menyimpan bahaya laten ini.

Fenomena Indonesia

Indonesia dulu dikenal sebagai surganya agama-agama. Semua agama besar dunia ada di sini. 

Bahkan, tidak hanya ada di Indonesia, tetapi juga hidup dengan rukun dan damai. Di banyak tempat, kita bisa melihat rumah ibadat seperti  gereja dan masjid berdiri berdampingan dan berdempetan. Sebelah-menyebelah. Umatnya tidak takut dengan perbedaan. 

Masyarakat hidup damai. Saling memberi ucapan selamat saat perayaan hari besar keagamaan. Mereka saling mengunjungi. Tidak ada ketakutan soal Islamisasi atau Kristenisasi.

Akan tetapi, di penghujung masa Orde Baru dan setelah Reformasi, situasi berubah drastis. Kita seolah kehilangan kesantunan dan keramah-tamahan. Konflik kekerasan antar umat beragama terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.

Situasi intoleransi pun masih berlangsung hingga kini. Politisasi agama dan agamanisasi politik adalah salah satu biang keladi dari fenomena yang terjadi saat ini.

Politisasi agama dan agamanisasi politik bisa terjadi karena ketidak-kritisan umat beragama dan pimpinan agama itu sendiri. Mereka menyangka bahwa kelompok agama mereka adalah satu-satunya pemilik kebenaran. Lalu, orang di luar mereka dikafirkan dan dibidatkan.

Padahal, Allah itu Maha Besar. Jalan-jalan-Nya tak terselami oleh pikiran manusia. Anehnya, di tangan beberapa pemimpin agama yang suka berkhotbah provokatif dan menyerang pihak lain, Allah dibatasi karya dan kebenaran-Nya. Umat pun tampaknya mengikuti saja apa kata pemuka agama itu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline