Lihat ke Halaman Asli

Reformasi, Pemutusan Hegemoni, dan Politik Persahabatan

Diperbarui: 31 Oktober 2020   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Hari ini, 503 tahun lalu, Martin Luther menempelkan 95 dalilnya di depan pintu gereja di Wittenberg, Jerman.  Momentum tahun 1517 itu kemudian diingat-rayakan sebagai Hari Reformasi Gereja.

Dari catatan sejarah gereja dan sejarah Eropa, kita memahami dasar dan motivasi Luther memaku dalil-dalilnya. Gereja Katolik Roma di masa itu begitu hegemonik. Ia tidak hanya menjadi institusi rohani yang begitu berkuasa, tetapi juga menjadi institusi sosial-politik paling berpengaruh. 

Apa yang diikat di bumi oleh gereja akan terikat di surga. Begitulah kira-kira gereja memberlakukan surat indulgensia, tiket bebas dari purgatori untuk bisa mendapatkan surga. Agar bisa memilikinya, umat mesti membeli surat ajaib itu dari gereja yang memiliki otoritas atau lisensi surga di masa itu. 

Reformasi Gereja

Keberadaan gereja yang begitu hegemonik itu telah melahirkan sangat banyak praktik manipulatif. Hal inilah yang mendorong Luther mengetuk palu reformasi gereja. 

Dari Jerman, gerakan reformasi meluas. Didukung oleh penemuan mesin cetak, proses literasi merebak. Gagasan-gagasan perubahan mulai dipelajari secara luas. 

Jika sebelumnya hanya kaum klerus/imam yang bisa membaca dan menafsirkan Alkitab, kini umat biasa pun bisa. Alkitab diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa ibu, supaya bisa dibaca oleh umat, dan maknanya dapat dipahami di dalam konteks masing-masing. 

Praktik tersebut menempatkan umat sebagai subjek, bukan objek gereja dan para pimpinannya. Umat yang dibilang "awam"  itu adalah pelaku-pelaku perubahan.

Bak gayung bersambut, gerakan reformasi gereja mendapatkan sambutan dan dukungan oleh pemimpin-pemimpin politik di berbagai  negara di Eropa yang sebelumnya dicengkeram oleh feodalisme, monarkianisme absolut, dan hierarkisme gereja. Lantas, gerakan nasionalisme bangsa-bangsa Eropa pun berkaitkelindan dengan gerakan reformasi gereja.  

Akumulasi kekuatan-kekuatan perubahan itu yang kemudian menyebabkan bola salju reformasi menggelinding cepat ke berbagai penjuru, dan tercakup dalam beragam aspek.

Pemutusan Kuasa Hegemonik

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline