Lihat ke Halaman Asli

Hari Dewanto

DEWA HIPNOTIS

Kenyataan VS Keyakinan

Diperbarui: 17 September 2024   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Adik, sini Mama minta pisaunya. Anak kecil nggak boleh mainan pisau. Bahaya!"
Dan alih-alih memberikan pisau, si kecil justru menjauh sambil tetap membawa pisau tadi.

Sahabatku yang berbahagia, pernahkah suatu saat Anda mengalami fragmen kecil di atas? Atau setidaknya melihat fragmen tersebut terjadi?

Apa yang Anda lakukan selanjutnya untuk mengambil pisau tersebut? Tentu tidak dengan merebutnya, karena justru bisa berakibat fatal.

Saya yakin, ada di antara Anda yang mampu mengatasi hal kecil yang kadang bisa jadi rumit ini. Mungkin Anda akan mengganti salah satu katanya, menjadi: "Adik, sini Mama pinjam pisaunya. Anak kecil nggak boleh mainan pisau. Bahaya!" Ada perubahan kecil di sini, yaitu kata 'minta' diganti dengan 'pinjam'. Anehnya, biasanya si kecil nurut dengan perubahan sederhana ini.

Sahabatku yang berbahagia, fenomena di atas menunjukkan bagaimana pergantian kata bisa mengubah perilaku seseorang. Menurut Anda apakah perubahan perilaku pada adik kecil di atas disertai dengan perubahan keyakinannya? Mari kita bedah bersama.

  • Orang tua meminta pisau karena punya keyakinan itu benda berbahaya. Apakah adik kecil punya keyakinan sama? Tentu tidak! Semua benda adalah mainan bagi dirinya, kecuali sudah melukainya.
  • Ketika ada yang meminta, maka dalam keyakinan adik kecil, benda itu tidak akan dikembalikan. Meskipun dikasih peringatan 'bahaya', maka permintaan orang tuanya tidak akan dituruti.
  • Frasa 'meminjam' memiliki efek berbeda, karena dalam keyakinan adik kecil, nanti benda yang sedang dia mainkan itu akan dikembalikan.
  • Dari penjelasan di atas, bisa kita simpulkan bahwa adik kecil sebenarnya tidak peduli apakah benda itu bahaya atau tidak. Perubahan perilakunya, yaitu memberikan pisau kepada mamanya, bukan karena takut akan terluka. Dia mau memberikan, lebih tepatnya merasa meminjamkan, dengan harapan nanti akan mendapatkan kembali mainannya tadi.
    ---

Sahabatku yang berbahagia, selama ini sering terjadi salah kaprah dalam pembelajaran hipnosis, NLP atau pemberdayaan diri yang lain. Beberapa pihak mengajarkan Belief Change Technique dengan keliru. Mereka yakin bahwa keyakinan seseorang bisa diubah, dan atau perlu diubah.

Sebelum lebih jauh membahas hal ini, mari kita samakan dulu pemahaman tentang keyakinan dan kenyataan. Menurut saya kedua istilah itu memiliki kata kunci yang sama, yaitu 'nyata'.

Kenyataan adalah sesuatu yang nyata di sekitar kita. Sementara keyakinan adalah sesuatu yang juga 'nyata' di pikiran seseorang. Jika keyakinan itu sesuatu yang nyata, meskipun hanya di pikiran seseorang, maka mustahil bagi orang lain untuk mengubahnya. Terus, apa manfaat belajar hipnosis dong jika demikian?

Tenang Kawan, mari kita cek lagi apa ranah intervensi hipnosis? Seingat saya sih masih pada urusan 3 P+1, yaitu pikiran, perasaan, perilaku dan psikosomatis. Salah satu guru saya pernah berpesan, "Har, jangan kau coba-coba untuk mengubah keyakinan klien. Selain melelahkan, juga tidak mungkin!"

Setelah saya pahami pesan ini baik-baik, ternyata guru saya tersebut benar adanya. Ternyata kita memang tidak perlu mengubah keyakinan klien kita. Yang perlu diubah adalah perilakunya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline