Lihat ke Halaman Asli

Hari Bagindo Pasariboe

Statistician @ Indonesian Statistics

Tuntutan Perubahan Pasca Covid

Diperbarui: 31 Mei 2020   06:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pengantar Diskusi
Tulisan ini di landasi oleh keresahan penulis pada kondisi pandemik yang telah menelan banyak korban jiwa di Indonesia bahkan di dunia saat ini. Korban berjatuhan akan terus bertambah tanpa memandang usia, jenis kelamin, asal negara, suku.

Kondisi ini utamanya dikarenakan proses penularan yang belum bisa di hentikan bahkan mustahil untuk dihentikan. Kondisi yang kurang menguntungkan seperti ini akan terus berlangsung selama proses pencarian obat penawar dalam bentuk apapun belum berhasil ditemukan.

Kondisi ini tentunya membawa kita pada situasi yang sangat tidak mengenakkan. Kita berada pada kondisi ketidakpastian, kekhawatiran dan keresahan tanpa akhir. Bagaimana tidak? Tidak semua orang siap atau tidak siap dihadapkan pada resiko  kematian yang cepat yang mampu diakibatkan virus corona.

Penulis teringat petuah orang tua dulu yang sangat tepat untuk menggambarkan kondisi saat ini. Dalam kondisi melawan penyakit yang tidak bisa disembuhkan dia berkata, " we are against the weight of science", katanya. Sebuah ungkapan sederhana tapi penuh
makna.

Beliau tidak menjelaskan apapun terkait makna dibalik kalimat itu. Mungkin dianggap sebagai berguman saja, Tetapi kalimat ini terus penulis renungkan hingga saat ini meskipun beliau sudah lama tiada.

Sependek pemahaman yang penulis mengerti kira-kira bermakna: saat ini, "bahkan ilmu pengetahuan saat ini sekalipun belum dapat dijadikan penompang kehidupan".

Lebih lanjut lagi, "ilmu pengetahuan dan teknologi yang katanya sudah maju sekalipun masih mengambil posisi bersebrangan dengan keinginan dan harapan umat manusia hari ini Hal ini tentunya disebabkan karena science dan teknologi belum bisa hadir menjadi solusi atas keresahan besar yang melanda.

Lantas bagaimana kita akan bertahan hidup dan menghidupi kehidupan? .

Dalam dunia pendakian gunung yang pernah digeluti penulis, sebuah jargon yang cocok untuk menggambarkan kondisi ini adalah "survival to the fittest!". Jargon ini sangat relevan untuk menggambarkan kondisi pandemik ini.

"Survival to the fittest" biasanya digunakan dalam pendakian gunung-gunung es bersalju, bila terjadi kecelakaan atau persoalan dalam pendakian maka yang paling kuat dan paling sehat adalah orang yang paling terakhir mati bila tidak dijumpai pertolongan. Meskipun pada akhirnya semua orang akan mati Lagian Manusia pun akhirnya akan mati juga pada akhirnya . Bisa disebabkan oleh apa saja.

Apakah hanya dengan berserah pada seleksi alam seperti yang penulis sampaikan pada paragraf sebelumnya cukup menjadi jawaban yang bisa diterima semua pihak? Herd immunity nampaknya dilandasi oleh semangat dan filosofi proses seleksi alam seperti ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline