"Iya sepi mas. Selama wabah COVID19 ini saya terpaksa banting setir dari print kaos jadi print masker," ungkap Yasinta murung. Yang saya tahu ia adalah salah satu pengusaha muda dari kelompok NU yang ulet. Tapi apa daya krisis yang terjadi membuat permintaan atas merchandise turun total, bahkan bisa dibilang tak ada sama sekali.
"Bahkan sejak April saya sudah memutuskan beralih saja ke bisnis makanan, apa saja dikerjakan, mulai dari sayuran, daging, buah, frozen food," katanya mengeluhkan sudah matinya bisnis event dan meeting, sehingga tentu efek langsung dirasakan para pengusaha kecil merchandise.
Iya, lebih ke banyak acara yang dicancel, karena pernah sempat sudah deal untuk 1000 goody bag dan isinya senilai hampir 100 juta, untuk bulan depan. Waktu itu msh Februari. Baru-baru Covid.,tapi karena semakin parah acara di cancel, pesanan merchandise pun batal," keluhnya. Syukurlah DP belum dibayarkan sehingga ketidakberuntungan masih jauh-jauh dari usaha kecilnya.
Seperti juga pengusaha rendang, Asri Peni yang saya wawancarai dalam sebuah artikel di Babe Apps, Yasinta juga menyatakan bahwa saat ini orang lebih memilih membeli sesuatu berdasarkan prioritas. "Sekarang orang-orang lebih mengutamakan kebutuhan makan ketimbang pernak-pernik merchandise," ungkap Yasinta.
Saat ditanyakan apakah ia tidak merindukan lagi adanya event-event saat dulu sebelum wabah, Yasinta menjawab tentu saja, karena itulah bidang keahliannya. "Pasti dong, semoga bisa berlalu semua ini ya. Soalnya saya juga merangkap supplier banner untuk event-event musik outdoor. Karena event habis, ya habis juga pesanan bannernya."
Namun sesulit-sulitnya usaha Yasinta kini, ia menyatakan tak menyerah dalam perjuangan. Ia justru lebih mengkhawatirkan rekan sesama pengusaha yang banyak menggantungkan usahanya dari pinjaman bank. Walaupun pemerintah sudah memerintahkan bantuan restrukturisasi, namun mereka tetap tercekik oleh bunga, apalagi jika sumber penghasilan pun sudah tak ada untuk melanjutkan cicilan.
Karena itulah Yasinta menyarankan daripada bantuan dihambur-hamburkan dalam bentuk bansos yang konsumtif, lebih baik pemerintah memberikan bantuan suntikan modal. Tentunya dengan mempertimbangkan nilai aset yang sudah ditahan di Bank, karena menurutnya pasti aset yg jadi jaminan nilainya 1/3 - 1/4 dari pinjaman yang sudah diambil. Ia juga pemerintah aktif menyodorkan pinjaman ringan supaya UMKM juga tidak mati perlahan karena tercekik rentenir.
Memang saat ini hampir semua sektor di Indonesia tertekan, ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang minus. Namun tentunya pengusaha-pengusaha kecil ini sudah tergambleng oleh berbagai fenomena buruk sejak mereka mulai melahirkan usahanya. Nah, sekarang tinggal bagaimana dorongan pemerintah menyikapi hal ini, apakah tega mereka ditinggalkan berjuang sendiri?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H