Lihat ke Halaman Asli

Hari Darmansyah

Mahasiswi Pendidikan Sejarah 2019 FKIP Universitas Riau

Sejarah Prasasti Pariangan : Prasasti Tungku Tigo Sajarang di Nagari Tuo Pariangan

Diperbarui: 8 Oktober 2021   19:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nagari Tuo Pariangan merupakan nagari yang terletak di lereng gunung Marapi di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatra Barat. Nagari yang pada tahun 2012 termasuk salah satu dari lima desa terindah di dunia versi Travel Budget (sebuah majalah pariwisata internasional) ini ternyata juga menyimpan cukup banyak objek bersejarah, salah satunya adalah prasasti Pariangan atau yang dikenal masyarakat sekitar dengan nama prasasti tungku tigo sajarang.

Prasasti Pariangan ditemukan pada tahun 1340 M oleh Raja Adityawarman. Sesuai dengan namanya prasasti tungku tigo sajarang, prasasti tersebut tediri dari 3 batu besar dengan jarak antara ketiga batu tersebut yang cukup jauh serta berbentuk segitiga.

Prasasti Tungku Tigo Sejarang (Sumber Gambar : Hari Darmansyah)

Yang pertama ditemukan adalah batu yang pertama atau yang lebih dikenal dengan nama batu basurek karena dibatu tersebut terdapat tulisan berhuruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta yang ditulis oleh raja Adityawarman namun karena sudah aus, tulisan tersebut tidak bisa dibaca dengan jelas bahkan saat ini hampir tidak terlihat lagi tulisannya. Batu pertama adalah  sejenis batu vulkanik (trachyt) berukuran tinggi 1,6 m, lebar 2,6 m dan tebal 1,6 m. Sementara dua batu lainnya belum dipugar dan diukur lebih lanjut. 

Masjid Ishlah (Sumber Gambar : Hari Darmansyah)

Ditengah-tengah tungku tigo sejarang ini kini berdiri sebuah Masjid tertua di Minangkabau dan di Sumatera Barat yang bernama Masjid Ishlah.

Menurut Bu Nurni, salah seorang warga asli daerah tersebut, tungku tigo sajarang ini dibuat untuk tempat orang tua dahulu memasak. Dahulu orang tua di daerah tersebut memasak menggunakan tungku dari batu besar. Menurut cerita nenek moyang dulu, orang tua dahulu disana dikenal sebagai orang keramat karena mereka bisa tinggi bisa pendek dan tungku tigo sajarang ini dahulu adalah tempat memasak untuk berbagai kegiatan seperti kegiatan pemuda dan lain sebagainya.

Proses Pemugaran Prasasti Pariangan (Sumber Gambar : Hari Darmansyah)

Ditahun 2021 ini, dinas pariwisata dari kota Padang memberikan bantuan dan mulai memugar prasasti ini dan saat ini masih dalam tahap pemugaran. Selain dipugar, pemerintah kota Padang juga membuat tangga dan jalan sepeda motor agar situs prasasti ini dapat lebih mudah diakses oleh pengunjung.

Nama                        : Hari Darmansyah

Nim/Kelas               : 1905112127/19 B

Mata Kuliah            : Praktikum Sejarah

Dosen Pengampu : Yuliantoro, M.Pd

Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Riau

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline