Lihat ke Halaman Asli

Intensifkan Peringatan Dini Lahar Dingin Merapi

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_141422" align="alignleft" width="300" caption="by suara merdeka online"][/caption] Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) kini mengintensifkan sistem peringatan dini lahar dingin Gunung Merapi. Sejumlah perangkat untuk memantau lahar dingin yang dibangun BNPB dan PVMBG hingga kini masih berjalan baik.

Sutopo Purwo Nugroho, kepala Pusat Dana Informasi (Pusdatin) dan Humas BNPB, mengatakan BNPB dan PVMBG sudah memasang sensor lahar AFM (acoustic flows monitoring) di sejumlah sungai yang berhulu di Merapi. Yakni, Kali Senowo 2 unit, Kali Lamat 1 unit, Kali Putih 2 unit, Kali Batang 1 unit, Kali Gendol/Opak 2 unit, Kali Boyong/Code 3 unit, dan Kali Krasak 1 unit.

Sedangkan untuk alat penakar hujan, kata Sutopo, ada 16 unit yang tersebar di hulu sungai utama dan lereng atas merapi. Lalu, kamera webcam ada 12 unit. “Semua data itu ditansmisikan secara real time ke BPPTK,” katanya.

Dengan sistem peringatan dini tersebut, lanjut dia, petugas pemantau di lapangan akan dapat menyampaikan informasi ancaman lahar dingin ke masyarakat, relawan, dan aparat.

Dia mengatakan, dari 140 juta meter kubik material hasil erupsi Merapi pada 2010, diperkirakan masih ada 90 juta meter kubik material piroklastik di lereng Merapi. Sekitar 50 persen di lereng selatan yang dapat mengalir ke Kali Woro, Kali Gendol, Kali Opak, dan Kali Boyong. “Sisanya 50 persen berada di sisi barat ke Kali Krasak, Kali Putih, Kali Lamat, dan Kali Pabelan,” ujarnya.

Dam sabo yang ada, menurut dia, saat ini sudah terisi pasir sebanyak 18,24 juta meter kubik atau 90 persen dari kapasitasnya. “Hal ini dapat menyebabkan luncuran lahar dingin mudah terjadi,” tutupnya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline