Lihat ke Halaman Asli

Hariadhi

Desainer

Layarku Terkembang dari Baubau ke Makassar

Diperbarui: 24 Oktober 2019   17:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KM Nggapulu, dokpri

Harusnya judul ini sedikit lebih jauh, dari Baubau ke Jakarta. Tapi karena informasi pelayaran yang acakadut, saya mau tak mau mencukupkan perjalanan sampai Makassar dulu

Sebenarnya yang saya incar adalah perjalanan kapal kelas I, namun yang tersedia hanyalah kapal tanpa kelas KM Nggapalu. Dulunya kapal ini menyediakan layanan kelas I dan II, namun kemudian sebagian besar kapal Pelni sekarang sudah tidak punya kelas lagi.

"Kalau mau pakai Kelas I, kakak harus tunggu tanggal 28 nanti, naik KM Sinabung. Itu ada kelas satunya," jawab penjual tiketnya.

Delapan hari lagi menunggu berarti cost menginap saya harus bertambah 8 x Rp 220 ribu. Hitung-hitungannya lebih ekonomis menyegerakan diri ke Makassar lalu naik pesawat. Lagipula ada undangan menghadiri konser dari Mas Ananda Sukarlan.

dokpri

Sehari menjelang berangkat, saya masih sempat mencicipi Sup Saudara. Ternyata ini asli Makassar. Sup saudara mirip Coto Makassar, hanya saja lebih gurih, dengan campuran perkedel dan telur rebus, dan tetap dengan potongan daging sapi. Karena isinya lebih lengkap, maka makan sup ini lebih kenyang ketimbang coto.

dokpri

Kapal baru berangkat pukul 11 malam keesokan harinya. Jadi mau tidak mau saya menginap sehari lagi di Pulau Buton, tepatnya di Hotel Bravo, tidak jauh dari pelabuhan. Hotel ini rapi dan bersih, dengan biaya hanya RP 275 ribu. Sayangnya entah kenapa tidak ada sabun yang diberikan untuk mandi. Untungnya saya sudah punya sabun sendiri.

dokpri

Keesokan pagi, sambil membereskan pekerjaan yang tertunda secara remote, saya menunggu di warung di tepi Pantai Kamali. Kali ini saya usil mencoba sayur bunga dan buah pepaya. Seperti namanya, ada sedikit hint rasa pahit daun pepaya di dalamnya, namun tidak terlalu terasa juga, karena bahannya dari buah pepaya muda. Saat masuk ke mulut, awalnya mirip sayur labu. Namun baunya jauh lebih harum. Makannya dengan ikan goreng dan sambal. Sedap...

dokpri

Menjelang pukul 8:00 malam, saya masuk kembali ke Pelabuhan Baubau. Walaupun kecil, artsitekturnya bagus sekali. Pelabuhan Kendari kalah bagus. "Tunggu saja di atas, kalau mau. Ada kafe," Kata penjaganya melihat saya gelisah menunggu kapal yang baru akan berangkat pukul 23:00.

Kafe kecil ini bagus, karena terletak di sudut bangunan di lantai dua, sehingga kita bisa menikmati kapal-kapal kecil hilir mudik, sementara KM Nggapulu bersiap-siap menurunkan dan memuat kembali penumpang. Saya kembali mengisi waktu dengan menulis dan mencicil pekerjaan.

dokpri

"Para penumpang dipersilakan masuk ke KM Nggapulu dari dermaga," demikian announcer memberitahu bahwa sebentar lagi kapal ini akan melanjutkan perjalanan. Dari jauh, saya melihat kapal ini begitu meriah dengan lampu kelap kelipnya. Jadi terbayang kembali film Titanic.

"Oh ini bapak salah naik dek. Bukan di dek 5 karena kasurnya nomor 2011. Turun lagi pakai tangga di tengah. Lalu ke paling ujung kapal," kata seorang penumpang di dek 5 dengan nomor kasur 5122 yang saya temui. Di sini nyaris seluruh dek terisi kasur yang saling bersebelahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline