Seorang anak bukan hanya pelanjut keturunan tetapi juga sumber kebahagiaan orang tua. Tak heran, bila seseorang dipisahkan dari anak, seakan dicabut pulalah sumber kebahagiaannya. Mungkin itu sebabnya banyak orang tua yang akan melakukan apapun asal tak dipisah dari buah hatinya.
Anak sebagai sumber kebahagiaan dapat dirasakan oleh siapapun yang tentunya telah memiliki anak. Tak sedikit orang tua yang tidak memiliki keturunan berani mengadopsi anak orang lain untuk hadir di tengah-tengah keluarganya tersebut. Ini barangkali sudah menjadi rahasia Tuhan. Hanya saja karena emosi atau sebatas mencari kebahagiaan lain, ada keluarga pisah / cerai hingga terpisah dengan anaknya, dan pada akhirnya kebahagiaan keluarga itu hilang dari hadapannya. Sungguh itu hal yang sangat disayangkan.
Bicara soal bahagia, semua orang termasuk anak berhak untuk hidup bahagia. Bahkan sebuah penelitian menyebutkan, anak-anak bahagia dapat tumbuh dengan jiwa dan mental yang sehat. Pada akhirnya mereka dapat memandang hidup secara lebih positif. Sayang, banyak sekali orang tua yang mengabaikan kebahagiaan anak.
Mengabaikan anak itu dapat terjadi pada berbagai keadaan, misalanya menekan mereka agar berprestasi dan berperilaku kehendak orangtuanya. Hal seperti itu sangat membahayakan anak. Mereka bisa terjangkit penyakit mental baru. Namanya hikikomori, seperti beberapa kaksus yang terjadi di Jepang. Tragisnya penyakit ini bisa berujung pada bunuh diri. Tentu saja itu jangan sampai menimpa anak kita tercinta.
Bila perilaku anak menyimpang tegurlah dengan cara yang elegan, tidak boleh buah hati kita merasa tertekan karena larangan mereka. Lingkungan kota yang umumnya pergaulannya bebas, perlu sejak dini memberikan pendidikan seks anak , agar tidak terjadi kasus asusila yang dapat merenggut kebahagiaan keluarga.
Karena itu marilah memperhatikan dengan cara selalu dekat dengan mereka, dan terus menggali potensi dan kehendaknya. Membimbing dan mengarahkan mereka kepada hal baik dengan penuh kesadaran dan tentu tidak memberikan intimidasi fisik ataupun mental.
Demikian artikel ini semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H