Sumatera Barat merupakan tempat tinggal orang Minangkabau yang terkenal akan kebiasaannya dalam merantau. Selain merantau, orang Minangkabau juga terkenal akan bela diri silat yang biasa disebut Silek Tuo dan juga masakan randangnya yang sudah diakui sebagai makanan terlezat di dunia pada tahun 2017. Tambahkan dengan rumah para pahlawan, cukup banyak pahlawan nasional yang berasal dari tanah Minangkabau seperti Agus Salim, Sutan Sjahrir, Tan Malaka, Rohana Kudus, dan Siti Manggopoh.
Namun menyinggung tentang rumah, orang Minangkabau memiliki rumah tradisional yang sangat dibanggakan dengan atapnya yang runcing dan mengembang, rumah itu disebut dengan Rumah Gadang. Rumah Gadang adalah simbol dari masyarakat Minangkabau dengan banyak makna filosofi yang tersirat di dalamnya. Selain itu, Rumah Gadang juga memiliki banyak keunikan. Inilah beberapa keunikan Rumah Gadang.
1. Bangunan khusus wanita
Seperti yang diketahui, orang Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal yang mana merupakan sistem kekerabatan menurut garis darah ibu, yang berarti perempuan memiliki panggung di tanah Minangkabau. Sebut saja Bundo Kanduang, sosok wanita paling berpengaruh dalam suatu kaum yang ada di Minangkabau.
Hal ini juga ditambah dengan Rumah Gadang yang hanya boleh diisi oleh perempuan. Benar, ruangan di dalam Rumah Gadang dibangun berdasarkan jumlah anak perempuan yang ada di dalamnya. Kelak jika perempuan itu telah menikah, laki-laki yang menikahinya harus tinggal di dalam Rumah Gadang yang sama dengan perempuan itu. Lantas, bagaimana dengan para laki-laki? Para laki-laki muda akan tidur di surau atau di mesjid.
2. Bangunan anti gempa
Wilayah Minangkabau sudah sejak dulu kala merupakan wilayah rawan gempa karena berada di daerah perbukitan dan pergunungan. Hal ini mendasari para arsitektur Rumah Gadang untuk mendesain bangunan anti gempa. Tiang-tiang Rumah Gadang seluruhnya tidak ditanamkan ke dalam tanah, melainkan bertumpu ke atas batu datar yang kuat dan lebar. Seluruh sambungan yang ada di dalam Rumah Gadang juga tidak menggunakan paku, tetapi menggunakan kayu yang dipasak. Ketika gempa terjadi, Rumah Gadang akan bergeser secara fleksibel seperti sedang menari di atas batu yang datar.
3. Tidak bisa didirikan di sembarang tempat
Proses pembuatan Rumah Gadang terbilang cukup rumit. Hal ini karena sebelum membangun Rumah Gadang, harus diselenggarakan beberapa acara adat yang besar dan diikuti oleh seluruh penduduk kaum tempat didirikannya Rumah Gadang.
Kegiatan yang pertama adalah melakukan musyawarah mufakat. Kegiatan ini adalah yang paling mendasar karena akan membahas seberapa pentingkah Rumah Gadang ini harus dibangun beserta biaya, lokasi dan persiapan yang lain. Setelah ditemui kata sepakat, kegiatan selanjutnya adalah mengumpulkan bahan yang diambil dari alam milik kaum.