Lihat ke Halaman Asli

Harfei Rachman

An Un-educated Flea

Abstract Melancholia

Diperbarui: 10 Agustus 2024   21:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jika saja In Yun itu memang ada, maka apa yang terjadi pada masa depan? 

Maka anomali-anomali yang hadir akan merusak logika tapi, ah sudahlah. 

Lebih baik menyeruput secangkir kopi v60 dan sedikit berkhayal.

Andai Pizarnik dan Kafka hidup kembali, akankah mereka berpasangan satu sama lain?

Bercumbu secara menggebu-gebu dengan pikiran abstrak mereka, mengisi adegan-adegan liar yang hanya bisa dimengerti mereka dan para pengagumnya.

Mungkin di In Yun berbeda, kita bisa melihat Pierre Tendean bersama si kecil Ade Irma tersenyum bahagia akhirnya dia melamar Rukmini. Wanita yang mungkin dia tahu dari surat-surat kecil. Sederhana tapi romantis. Lalu mereka berpagut abadi di altar yang sama.

Lalu apakah Tan Malaka bisa dianggap sebagai bapak bangsa? Pembuat konsep negara Republik Indonesia tak layak difitnah dengan gosip-gosip murahan dari orang-orang kerdil yang picik, para provokator bangsa. 

Semoga di In Yun berbeda, Tan Malaka bertemu dengan Pertiwi pilihannya. Pertiwi yang mampu menjadi sandaran bahu dan menopang kepala yang mengangkut mimpi-mimpi besarnya. Seorang pertiwi memahami isi kepala si penulis Madilog. Buku suci yang sudah meramal nasib bangsa seratus tahun ke depan. 

Tentang apa yang terjadi sekarang. Tentang kemunafikan para penguasa yang terus menerus tiada akhir.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline