Lihat ke Halaman Asli

Harfei Rachman

An Un-educated Flea

Tulang Punggung (Teruntuk Papa)

Diperbarui: 24 Agustus 2020   12:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pa, apakah masih ada ruang untukku melepas rasa.
Agar prasangka merasa tak digdaya.
Agar pikiran buruk dan sekutunya binasa, mati tak berdaya.

Pa, apakah engkau tahu setiap waktu mengalir, kau merasa detik-detikmu akan berakhir.
Selama hidupku belum teratur, aku sadar kau nelangsa dan hancur.

Pa, aku memang tak membanggakan, tak punya toga dan keping harapan.
Maaf bila belas kasihmu hingga kini tak terbalaskan.

Pa, yakinkan aku bahwa malamku akan berakhir, esok kita coba lagi singkap takdir.
Sedikit ku berharap semua yang jahat akan larung pada waktunya.
Dan yang rumpang, akan terisi dengan memori.
Memori yang mengubah sesal menjadi sebuah asa.

(Sedikit cerita, tulisan ini saya buat 6 bulan sebelum Ayah saya pergi untuk selamanya pada bulan Juni silam. Dulu saya sempat mati-matian memasukkan tulisan saya di Menjadi Manusia namun sepertinya tulisan  saya tidak menarik di mata mereka. Tidak apa-apa.

Well, untuk menjadi manusia, anda tidak perlu menunggu persetujuan manusia lainnya bukan?)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline