Siapa pun orangnya pasti tak ingin menurunkan suatu penyakit pada anak keturunannya, apalagi berupa penyakit diabetes! Berdasar data yang ada, diabetes termasuk penyakit yang mematikan, selain stroke dan jantung.
Sungguh memprihatinkan isi laporan Menkes yang menyatakan dalam rentang waktu 13 tahun terjadi kenaikan 70 kali lipat kasus diabetes anak pada awal tahun 2023 ini.
Sebuah permasalahan yang patut dicermati oleh seluruh keluarga di Indonesia karena menyangkut masa depan anak, keluarga, dan bangsa.
Hati orangtua mana pun pasti tak tega jika melihat buah hatinya harus rutin minum obat setiap hari atau diberikan suntikan insulin untuk mengendalikan penyakit diabetes yang menghinggapinya.
Meski dikatakan diabetes merupakan penyakit turunan, namun para ahli menyatakan bahwa pola makan dan gaya hidup punya peran tak kalah penting. Kita harus bijaksana mengontrol asupan gula, garam, dan lemak dalam porsi sajian.
Saat ini kita sedang mengalami era yang serba sibuk. Banyak kegiatan yang mesti dilakukan untuk mengisi kehidupan. Jalanan disesaki oleh orang-orang yang pergi bekerja. Orang-orang berlomba sampai di tempat kerja sehingga tak sempat bikin masakan dan sarapan.
Para pengusaha makanan dan minuman membaca peluang tersebut. Mereka bikin junk food, makanan yang dimasak serba cepat dengan gizi tak seimbang untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang tak ingin direpotkan oleh urusan masak-memasak. Dan celakanya, anak-anak menjadikan junk food tersebut sebagai makanan favorit.
Minuman berpemanis juga menjadi pilihan orang-orang, termasuk anak-anak, karena rasanya manis, menyegarkan, dan seketika menghilangkan rasa haus.
Tentu ada dampak kurang baik bagi kesehatan tubuh jika minuman berpemanis tersebut dikonsumsi setiap hari dan menjadi kebiasaan.
Sikap anak adalah cerminan sikap orangtua di sekitarnya. Maka cara tepat untuk "memotong angkatan" agar anak tidak terjangkit diabetes adalah orangtua mesti memberikan contoh baik dan sehat terkait gaya hidup dan pola makan.