Apa yang bisa aku perbuat jika kau lebih suka bakwan daripada roti. Ya, bakwan memang gurih, mengandung protein dari sayuran yang campur aduk dengan adonan tepung. Tapi kau tentu tak bisa begitu saja menyingkirkan roti pemberianku. Roti ini kesukaanku, paling lembut dan lezat yang pernah kurasakan.
Tapi kau tetap pada keputusanmu, lebih memilih bakwan ketimbang roti. Padahal aku tak sampai hati melihat bibirmu yang ranum itu harus bersentuhan dengan bakwan yang kadang gosong kulitnya karena keteledoran si pembuatnya.
Atau kadang tukang yang bikin bakwan masih tahap belajar sehingga hasilnya terlalu liat untuk dikunyah. Tapi kau enak saja melahap bakwan demi bakwan sambil melalap cabe hijau yang biasanya disuguhkan oleh penjualnya sebagai pendamping makan bakwan.
Aku sebenarnya tak tega memandangi kulit halus leher jenjangmu susah payah harus dilewati oleh bakwan yang berminyak itu. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa karena kau bersikeras lebih menyukai bakwan.
Aku sebenarnya tak suka bakwan, tapi karena kau, aku jadi ikut-ikutan suka bakwan. Saat pertama kali gigiku menggigit ujung bakwan, aku terkejut, dan spontan kulemparkan. Ternyata bakwan itu baru saja diangkat dari penggorengan, jadi lidahku kepanasan. Hehehe
Gigitan pertama itu aku kunyah dengan gigi geraham, dan lidahku merasakan sensasi rasa yang gurih. Aku jadi ketagihan. Kugigit kedua kalinya, dengan gigitan lebih banyak. Aku tambah keenakan. Kugigit lagi, lagi, dan lagi.
Tanpa terasa kini sudah dua bulan aku setiap hari makan kudapan bakwan, tentu saja menikmatinya bersama kamu. Ya, karena bakwan itu pula, hubungan kita mengerucut pada satu kata, cinta!
Surabaya, Rabu 1 Februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H