Lihat ke Halaman Asli

Suharto

Penulis lepas

Rumput Melawan Cakrawala Matahari Terbenam

Diperbarui: 12 September 2022   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rerumputan berlatar senja (pixabay.com)

Rapuh

Mungkin kau pernah berada dalam lingkup suasana senja. Lalu melihat rerumputan. Mereka berayun ke kiri ke kanan digoyang angin. Seolah pendulum yang mencoba manterai siapa saja yang melihatnya. Mengikuti irama waktu yang tersembunyi. Menyusupkan ketakjuban pada denyut kehidupan.

Indah

Kau mungkin terkesima. Tak sepatah kata keluar. Hanya helaan napas panjang. Terasa lapang di dada dan pikiran. Kau tak bisa mengungkap kenapa rerumputan itu begitu memikat hati pada senja hari? Apakah kau pernah mengalami sebagaimana yang aku rasakan ini, katamu. 

Tua

Bumi mungkin sudah tua. Namun ia tak pernah berhenti memberikan pesona pada manusia. Tuhan menghendaki rerumputan tumbuh subur di hamparan bumi. Lalu Ia menitahkan angin untuk membelai rerumputan. Kemudian Dia menetapkan hari bergulir pada senja. Lantas Ia menyentuh hati orang-orang yang dikehendaki-Nya untuk menyaksikan pesona keindahan itu.

Waktu

Kadang pergantian waktu membuat kita lupa bersyukur. Kesibukan dan pekerjaan mengalihkan perhatian. Kita tak pernah memperhatikan waktu. Tapi ia setia menemanimu menjalani kehidupan setiap hari. Bersyukurlah jika tiba-tiba kau ingat waktu. Kemurahan-Nya membuat kau dan siapa saja yang dikehendaki-Nya menjadi ingat waktu dan bersyukur.

Surabaya, Senin 12/9/2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline