Lihat ke Halaman Asli

Suharto

Penulis lepas

Terima Kasih, Juni!

Diperbarui: 1 Juli 2022   14:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terima kasih, Juni! (Koleksi pribadi)

BICARA tentang bulan Juni yang baru saja kita lewati bagiku merupakan pengalaman yang bercampur aduk. Ada kebahagiaan, juga ada sedikit kekecewaan. Aku belajar mensyukuri setiap keadaan. Karena semua tentu ada hikmahnya.

Setiap pagi aku jumpai kepingan damai yang menyusup di dalam sanubari pada bulan Juni. Kau boleh saja iri. Wajar jika kau cemburu seraya menyodorkan tanya, bagaimana setiap hari bisa damai? Sementara keadaan di luar bikin hati tersulut marah. 

Kau melupakan satu hal, kawan. Memang kondisi di luar mungkin tak menyenangkan. Tapi kau berhak untuk meredamnya dengan menerima apa pun keadaan. Ucapkan terima kasih pada Tuhan yang masih memberikan napas padamu. Gunakan kesempatan itu untuk berbuat baik. 

Ucapkan terima kasih pada setiap bulan yang telah kau lalui. Karena ada banyak pengalaman yang sudah kau kerjakan. Warnai setiap bulan dengan kebaikan. Semampumu. Tuhan Maha Melihat perbuatan hamba-Nya. Yakinilah kau akan dapat balasan terbaik.

Mari kita mulai perasaan pertama ketika menjumpai matahari bersinar pada pagi hari. Kau mungkin melewati momentum itu begitu saja. Lihatlah keindahannya saat muncul dari ufuk timur. Sinar keemasannya banyak dinantikan manusia di muka bumi ini. Berbahagialah bisa menikmati kesempatan itu. Dan bersyukurlah pada Tuhan yang telah menciptakannya.

Kawan, mungkin kau pernah gelisah dengan datangnya pagi? Mari berpikir ringan. Pagi datang untuk memberikan kegembiraan. Hargai dan sambutlah tawarannya untuk berbagi semangat baru memulai hari. Ia ingin menyapa setiap orang dengan kehangatannya. Lalu kenapa kau tidak membalas keramahannya?  

Angin pagi adalah angin kesukaanku. Sejuk mengelus wajahku. Apa yang membuatnya bisa sesejuk itu? Kemudian hatiku juga terasa nyaman dan damai. Apakah kau pernah merasakan pengalaman seperti yang aku alami itu? 

Juni, terima kasih kau telah menemaniku. Suatu hari aku menulis puisi karena pesonamu. Kertas-kertas kosong itu kemudian dipenuhi imajinasi pikiranku. Meski pada awalnya aku bingung harus menulis apa. Lalu kau ilhamkan aku untuk menuliskan apa saja yang terlintas di pikiran seperti halnya waktu yang berjalan tanpa dapat dihentikan.

Kau memberiku semangat untuk menulis. Tulisanku banyak menghamburkan kata yang semestinya bisa dihemat. Tapi untuk apa jika pembaca tak bisa memahaminya. Lebih baik banyak kata dan pembaca paham, begitu pikirku.

Terima kasih, Juni. Kau menawarkan banyak kesempatan padaku untuk berkembang. Buku-buku yang aku beli tentang pengembangan diri sudah lama tergeletak begitu saja berbulan-bulan. Lalu kau datang. Terbetik dalam pikiran untuk membacanya. Aku ambil satu buku dan membacanya. Jiwaku menggeliat. Pikiranku terusik. Ragaku segar berseri. Lantas ada kegembiraan untuk menjalani hidup ini dengan antusias.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline