MENUNJUKKAN jati diri (termasuk kemampuan diri) pada orang lain dengan sengaja, mungkin dianggap tabu pada zaman dulu. Karena ada kesan menyombongkan diri, suatu hal yang dihindari oleh orang-orang bijak.
Namun peradaban telah bergeser. Membentuk citra diri kemudian sengaja menunjukkannya pada orang lain dianggap hal wajar pada saat ini. Jika kita tidak melakukannya, dianggap ketinggalan kereta. Itu sama artinya menutup peluang mendapatkan pekerjaan.
Di era internet ini, membentuk dan memperkenalkan citra diri adalah perkara gampang-gampang susah. Disebut gampang karena kita bisa menunjukkan kemampuan diri dan membagikan karya di media sosial dengan mudah. Dibilang susah karena sama seperti di ranah dunia nyata, persaingan juga sangat ketat di dunia maya.
Namun tak usah risau, rezeki tak akan tertukar, demikian kata orang bijak. Tugas kita adalah berusaha dan berdoa. Hasil tak akan mendustai upaya-upaya yang dilakukan dengan sebaik-baiknya. Doa yang tulus juga akan mempermudah terwujudnya keinginan.
Berikut adalah tahapan yang bisa kita lakukan dalam rangka membentuk citra diri yang positif dan berpotensi mendatangkan rezeki.
Kesatu, kenali pekerjaan yang kita sukai dan kuasai. Disukai artinya kita sangat antusias, tak tertekan, dan tak pernah bosan ketika sedang bekerja. Semangat seperti ini akan membuat kita cepat menguasai pekerjaan tersebut.
Kedua, menganggap pekerjaan sebagai anugerah Tuhan yang harus disyukuri dan dikerjakan sebaik mungkin. Norma ini akan membuat kita sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Sehingga kita mengetahui hak konsumen yang harus dihargai.
Ketiga, tak bosan menambah pengetahuan. Kita akan semakin banyak mendapat ide jika bersedia membuka diri terhadap pengetahuan baru. Maka tak ada salahnya mengakses berbagai sumber pengetahuan secara online maupun offline.
Keempat, sering mencoba hal baru dalam berkarya. Tujuannya tak lain untuk menemukan cara berkreasi yang lebih produktif. Percobaan-percobaan adalah pengalaman yang berharga. Kata orang bijak, pengalaman adalah guru yang terbaik.
Kelima, menyadari bahwa segala sesuatu butuh proses. Sesuatu yang instan tidak bisa menjadi sandaran yang kuat. Profesionalitas sangat mengakar pada orang yang ingin menampilkan citra diri yang positif. Profesionalitas adalah puncak dari anak tangga pembelajaran yang harus dilewati tahap demi tahap.