Lihat ke Halaman Asli

Suharto

Penulis lepas

Cerpen | Sehari dalam Hidupku

Diperbarui: 22 Juli 2018   17:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: pixabay.com

"Nak, adzan subuh sudah berkumandang. Ayo bangun, mandi, lalu sholat!" suara Mama samar-samar memasuki gendang telingaku. Jemari Mama yang lembut memijit betisku sehingga aku menggeliat.

Aku serentak duduk dan mengucek-ucek mata yang enggan terbuka.

Setelah merasa kesadaranku pulih, sebelum ke kamar mandi, aku mengucapkan doa sesudah bangun tidur di dalam hati.  

"Alhamdullahi ladzi ahyaanaa bada maa amaa tanaa wa ilaihin nusyuur. Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami sesudah kami mati (membangunkan dari tidur) dan hanya kepadaNya kami dikembalikan."

Usai mandi, aku memakai seragam sekolah yang telah disiapkan Mama. Sesudah merapikan rambut, aku mengambil sajadah dan bersiap  menunaikan sholat.

"Ayo lekas, nanti keburu siang!" kata Papa yang sudah berdiri bersama Mama menantiku untuk sholat berjamaah subuh. Sementara Yumna, adikku yang masih duduk di bangku TK masih terlelap tidur.

Selesai sholat aku mencium tangan Mama Papa. Ada perasaan bahagia bisa melaksanakan sholat berjamaah dengan orangtua. Sungguh kasihan anak-anak yatim piatu yang tidak didampingi lagi oleh orangtuanya. Sungguh beruntung aku, batinku.

Seperti biasa seusai sholat subuh, kami sarapan.

Papa sudah menanti di meja makan. Mama menyiapkan sarapan.

"Apa ada kesulitan menerima pelajaran di sekolah, Yan?" tanya Papa membuka percakapan.

"Alhamdulillah, tidak ada kesulitan, Pa!" jawabku mantap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline