[caption caption="Tenaga Medis (Source: shiftindonesia.com)"][/caption]
Kemarin saat si Jagoan Kecil sakit mata, saya segera bawa ke dokter spesialis di RS yang biasa kami kunjungi. Tapi ternyata kali ini sedikit kecewa, sampai di sana ternyata dokter baru saja selesai praktik. Bagian pendaftaran sempat bertanya, "tadi belom daftar dulu ya, Pak?"
Dengan tampang sok cool saya jawab, "kalau dari tadi mBak angkat telpon, saya pasti sudah terdaftar dan pesan ke mBak minta Pak Dokternya tunggu sebentar, apalagi saya datang sebelum jadwal dokter berakhir lho..!?" Kebetulan saat itu telpon di sampingnya sedang berdering dan si mBak dengan malu-malu sambil meringis mengangkat telpon yang sudah berdering dari tadi.
Karena dokter praktik berikutnya masih lama dengan embel-embel belum bisa dipastikan praktik atau tidak, akhirnya saya segera memutuskan untuk pindah RS. Telpon ke salah satu RS terdekat, langsung nyambung, langsung daftar dan langsung meluncur ke sana.
Ucapan saya tadi bukan cuma bluffing atau isapan jempol semata, karena dari 2 jam sebelum sampai RS sudah coba telpon berkali-kali ke bagian rawat jalan RS tadi dan tidak ada yang ngangkat. Dua kali nyambung ke operator kemudian di arahkan ke bagian pendaftaran rawat jalan, sampai telpon mati sendiri tetap tidak ada yang angkat. Istri yang coba telpon juga dari kantor sama saja, nihil. Kebetulan telpon bisa koneksi ke perangkat di mobil sehingga tetap aman berkendara sehingga bahkan sepanjang perjalanan dari rumah ke RS saya coba telpon terus tetap tidak ada yang angkat.
Pada tulisan sebelumnya saya sempat menulis tentang RS dan dokter yang bekerja dengan hati, bisa dibaca di sini (Dok, Bekerjalah dengan Hati) dan di sini (Cara Rumah Sakit Siloam Tangani Pasien BPJS). Hal-hal yang saya tulis itu adalah hal yang membuat kita balik lagi ke RS atau dokter yang sama, tentunya ketika kita membutuhkan pertolongan atau saat sakit saja, karena semua orang tentunya mau sehat, kan?
Tapi dari pengalaman di atas tadi, saya jadi ingat beberapa kunjungan ke RS dan dokter yang membuat kami harus pindah tempat. Apa saja sih hal-hal yang bisa membuat kita berpaling ke lain hati? Saya coba ulas beberapa hal versi saya dari pengalaman pribadi.
Tenaga Non Medis RS yang Kurang Profesional
Salah satu contoh seperti kasus cerita di atas, pelayanan yang buruk dari tenaga non medisnya. Kondisi pasien bisa bermacam-macam kategorinya. Ada yang gawat darurat butuh pertolongan cepat, hanya kontrol kesehatan pasca sakit atau kontrol kandungan berkala sampai dengan sekedar imunisasi buat anak. Masing-masing mempunyai tingkat urgensi yang berbeda-beda. Fungsi hotline telpon untuk emergency maupun pendaftaran rawat jalan sangat berguna buat pasien.
Apa jadinya jika kita sudah coba telpon berkali-kali tapi no respons dan begitu sampai RS ternyata.... Zonk...!?
Untuk pasien yang punya banyak waktu, baik hati dan tidak sombong mungkin akan bersedia menunggu dokter berikutnya datang. Tapi bagaimana jika kondisi emergency? Memang masih ada bagian IGD, jika mau langsung ditangani dokter jaga. Bagi sebagian orang mungkin akan seperti pilihan saya tadi, telpon ke RS lain dah pindah tempat segera. Mungkin tidak balik lagi ke RS tersebut. Lebih gawat lagi cerita-cerita ke orang lain tentang pengalamannya yang kurang bagus seperti saya ini...:D
Manajemen RS yang Buruk
Manajemen dari RS memang sangat menentukan kualitas pelayanan buat pelanggan. Pernah atau sering harus antri dokter atau obat di apotik RS? Jika antri karena banyak pasien mungkin kita masih bisa maklum, tapi bagaimana kesalnya kita ketika lama menunggu tanpa terlihat banyak antrian? Yang membuat lama bisa jadi masalah birokrasi maupun lambatnya pelayanan.
Saya pernah punya pengalaman "terpaksa kabur" setelah cek dokter karena tidak tahan menunggu selesainya obat dari apotik RS. Lamanya pelayanan ini bukan hanya dialami satu dua orang saja karena konon kabarnya ada juga yang melakukan aksi kabur seperti saya, entah alasannya sama atau tidak. Alih-alih memperbaiki kecepatan pelayanannya, manajemen RS malah menerapkan aturan yang super duper aneh, setiap pasien wajib meninggalkan KTP di pendaftaran dan diambil setelah selesai. Buat jaminan biar nggak kabur, gitu kali ya..?! Untung saya dah keburu kabur dan nggak pernah balik-balik lagi ke situ #hihi