Pagi hari ini suasana begitu cerahnya. Rutinitas pagi seperti biasa berangkat kerja menyusuri jalanan menuju tempat mencari beberapa lembar dan receh untuk bisa makan iwak peyek sego jagung, sisanya buat beli Nissan Juke *:amin [caption id="attachment_174701" align="aligncenter" width="583" caption="Pagi yang cerah (Doc: FA)"][/caption]
Pagi ini merupakan peringatan hari buruh sedunia yang disebut orang dengan istilah May Day. Cikarang sebagai kota industri dengan ribuan buruh yang menggantungkan periuk nasinya di pabrik seputaran kawasan industri tentunya ikut menggeliat untuk seremonial ini. Berbagai persiapan dari para buruh dan aparat sudah terlihat sejak H-1 dan pagi hari tadi. Suasana hari kerja pagi ini lain dari biasanya. Biasanya pagi hari berangkat kerja selalu diwarnai kemacetan panjang yang membuat orang-orang yang berangkat kerja sedikit frustasi. "Pamer paha" yang membuat orang jadi "pamer penis" menjadi sarapan sehari-hari. Uppsss...jangan ngeres dulu yah.."pamer paha"...padat merayap tanpa harapan yang bikin orang "pamer penis"...padat merayap jadi pengen nangis *:nyengir
Yup...suasana tadi tidak saya jumpai pagi ini. Perjalanan yang biasa ditempuh 45 menit sampai 1 jam, pagi ini bisa ditempuh hanya dengan 10 menit. Mengutip celoteh seorang warga yang begitu bahagianya dengan suasana pagi yang cerah dengan senyum merekah di bibir merah berikut, " Pagi ini dari Cikbar ke tol cuma sktr 10 menit.. Endah beneerrr..." - bunga sepasang
Wuiihh...sebuah ekspresi curahan hati yang selama ini terbelenggu, begitu puasnya menikmati kebahagiaan suasana peruh bunga pagi ini *:senyum Mungkin kontras sekali dengan kondisi di ibukota sana yang diwarnai oleh berbagai berita tentang kemacetan yang lebih parah dari biasanya yang sudah parah *waduh...parah dobel... bisa sekarat donk :nyengir. Jadi titik point kemacetan sebenarnya bersumber dari kawasan industri di sekitaran Jakarta, yang biasa saya bilang daerah Jakarta corek *:senyum.
Kalau melihat fakta ini, kita sebenarnya bisa analogikan hal yang sama untuk masalah-masalah yang terjadi di ibukota. Kemacetan di ibukota sebenarnya berasal dari orang-orang yang berbondong-bondong datang ke ibukota saat pagi mentari mulai tersenyum dan sore hari saat rembulan mengintip dari balik peraduannya. Kalau melihat lebih luas lagi, kita bisa bilang bahwa konsentrasi penduduk di wilayah tanah air yang tidak merata merupakan pemicu masalah ini. Lebih jauh lagi kita bisa artikan tidak meratanya pengembangan pembangunan wilayah di tanah air kita. Mestinya para orang pinter di negeri ini bisa melihat hal ini dan merumuskan sebuah solusi yang tepat bagi negeri ini.
Analogi lain untuk masalah banjir Jakarta. Dari analogi itu bisa kita lihat bahwa point of problem terjadi di Jakarta, sedangkan point of cause kira-kira sumbernya dari mana? Bogor kota hujan? :D. Analogi ini memang tidak serta merta kita bisa cocokkan secara harfiah seperti analogi di atas. Konsentrasi pemerataan pembangunan itu merupakan campur tangan manusia yang menentukan setting-nya. Sedangkan curah hujan itu merupakan kuasa alam dan hak prerogatif dari Tuhan. Yang bisa kita lakukan adalah mengantisipasi potensi tadi dengan melihat dimana sumber point of cause kemudian membuat aktivitas antisipatif pada area point of problem. Jadi untuk urusan banjir, kuncinya ada di ibukota sendiri termasuk orang-orang di dalamnya.
So..nyok kite bareng-bareng benahin ibukote kite ni...mau orang betawi asli atau pendatang, punya andil yang same untuk bisa benahin ibukote kite yee... *hhmm...endahnya hari ini...nikmatnya menghirup udara pagi ini, meski dipenuhi sisa-sisa polusi dari industri dan politisi...*:nyengir
Salam Gowes,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H