Lihat ke Halaman Asli

Harap Tenang Ada UN (Media Berisik Amat Sih..!!)

Diperbarui: 5 November 2015   23:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

133465419735335083

[caption id="attachment_172238" align="aligncenter" width="274" caption="Harap Tenang Ada UN (source : tempo.co)"][/caption]

Meski anak kami, si Kakak masih usia TK kecil dan Adek belum masuk usia sekolah, gegap gempita cerita tentang UN (Ujian Nasional) sampai juga ke telinga dan mata kami. Begitu gencarnya pemberitaan di media membahas agenda ini. Dan salah satu yang ditonjolkan adalah mengenai berbagai kecurangan yang terjadi saat UN, atau tentang murid yang stress menghadapi datangnya UN, atau tentang orang tua murid yang lebih heboh daripada anaknya dalam menyambut datangnya UN. Ya..sedikit kontradiktif memang dengan tulisan peringatan yang sering kita lihat di sekolah-sekolah: "Harap Tenang Ada Ujian Nasional".

Pemberitaan media mengenai kasus-kasus di atas secara psikologis akan berdampak terhadap para peserta ujian maupun orang tua murid. Sangat sedikit dijumpai pemberitaan yang positif mengenai perhelatan akbar anak sekolahan ini. Dengan gencarnya pemberitaan dengan issue-issue negatif, membuat sebagian siswa maupun orang tua murid jadi sedikit paranoid dalam menghadapi prosesi UN ini.

Jadi teringat kisah jaman dahulu kala sewaktu masih mengenyam bangku sekolahan. Agenda ujian, entah ujian nasional maupun ujian semesteran atau apalah istilahnya, merupakan agenda yang sangat menggembirakan dan saya tunggu-tunggu. Alasannya cukup simpel, bisa pulang cepat..*:senyum Yup...kalau hari biasa tentunya dengan materi pelajaran yang padat, pulang saat matahari bersinar terik di atas kepala. Nah, kalau pas ujian tu..satu hari biasanya cuma 2 mata pelajaran yang diujikan, jam 11 siang sudah bisa melenggang pulang, apalagi kalau mata pelajaran matematika, bisa lebih cepat lagi *ngitung kancing baju

Persiapan yang matang menjelang UN merupakan salah satu faktor penentu kesuksesan hasil UN. Meskipun buat saya tidak pernah mengenal istilah SKS (System Kebut Semalam). Banyak teman-teman dulu yang rela begadang semalaman untuk belajar materi ujian besok paginya. Saya lebih cenderung menerapkan SKSP (System Konsentrasi Saat Pelajaran). Mendengarkan dengan seksama penjelasan guru, dengan sedikit membuat catatan-catatan kecil, kemudian dibaca lagi saat bersantai. Ini teknik yang cukup efektif untuk mata pelajaran hafalan, sedangkan untuk mata pelajaran ilmu pasti, selain tetep dengan metode SKSP, ditambah lagi banyak mencoba soal-soal dengan berbagai tipe. Dengan banyak berlatih, rumus yang susah akan mudah untuk diingat karena kita juga bisa mudah menangkap logikanya. Kalo' sekarang mah udah lupa semua tu rumus aljabar..*:nyengir

Berbicara mengenai persiapan menjelang UN, satu faktor yang cukup penting adalah kesiapan mental serta fisik, menyangkut kesehatan dan stamina yang dalam hal ini sangat terpengaruh secara psikologis. Buat saya dulu, persiapan menjelang UN adalah dengan bersantai menenangkan pikiran. Salah satu aktivitas favorit saya adalah membaca-baca sekilas buku catatan pelajaran sambil mendengarkan musik dan nangkring di atas pohon jambu di depan rumah, mirip gaya sodara tua dari Ragunan yah..*:meringis Prinsipnya coba hindari aktivitas yang menyita energi dan membuat stress. Saya bahkan pernah begadang semalaman menjelang ujian, bukan karena menerapkan metode SKS, tapi asyik main game melepas stress. Hasilnya..nilai jeblok sih...*:meringis lagi

Memang setiap individu punya gaya masing-masing untuk menerima materi pelajaran dengan lebih cepat. Ada yang dengan tekun dan serius mendengarkan wejangan guru dan membuat catatan rapi untuk dipelajari kemudian, tapi ada juga tipe yang lebih bisa menerima pelajaran dalam suasana santai. Sebagai orang tua tentunya kita perlu untuk mengenal lebih dekat tipikal anak kita dalam belajar. Memaksakan satu pola pembelajaran pada anak malah akan semakin membuat si anak stress dan tambah terbebani dengan materi baru yang harus dia pahami.

Balik lagi ke pemberitaan media tentang euforia UN ini. Berbagai ulasan media yang lebih mengedepankan issue-issue negatif tadi sangat berpengaruh terhadap persiapan murid maupun orang tua murid dan juga guru dalam menghadapi UN. Perasaan was-was dari murid yang menanti keluarnya soal ujian kira-kira sama tidak dengan apa yang dipelajari semalaman atau cocok nggak dengan kunci jawaban yang dia peroleh dari sms berantai. Orang tua murid yang begitu khawatir anaknya akan mendapatkan nilai yang lebih jelek dari anak ibu tetangga saingannya, atau Bapak/Ibu guru yang tegang menanti keluarnya nilai hasil ujian anak didiknya, sehingga bahkan ada yang mencoba mendongkrak nilai anak didiknya dengan memberikan bocoran jawaban.

Sungguh ironis memang kalau melihat, mendengar atau membaca cerita-cerita tadi yang dilontarkan oleh berbagai media. Andai saja media lebih mengedepankan berita-berita positif tentang UN, yang didukung juga dengan kesigapan panitia pelaksana UN dalam mempersiapkan materi soal ujian maupun menjamin kelancaran jalannya UN, tingkat kelulusan para peserta didik pasti akan terdongkrak dengan cukup signifikan. Tips tentang persiapan menjelang UN, kisah sukses siswa-siswi yang berprestasi atau figur keteladanan Bapak/Ibu guru dalam mencetak siswa-siswi yang berprestasi merupakan berita yang positif dan pasti akan menarik jika dikemas dan disajikan oleh para wartawan senior peliput berita di berbagai media. Aura positif akan menular menjadi semangat baru bagi siwa-siswi yang sedang mempersiapkan diri menghadapi UN.

Memang tidak salah ungkapan "bad news is a good news" bagi teman-teman media. Berita yang kontroversi menjadi issue hangat yang dinanti para penikmat media. Tapi saya sangat yakin seyakin-yakinnya, kita bisa menciptakan ungkapan baru "good news is a great news".

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline