Lihat ke Halaman Asli

Kembangkan Sistem Pangan Lokal, Jika Mau Aman.

Diperbarui: 24 Agustus 2015   19:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Tingginya harga pangan saat ini yang disertai dengan over-produksi di suatu wilayah dan kelangkaan pangan di wilayah lain, cukup menyulitkan pemerintah untuk mengendalikannya. Akibatnya, masyarakat umum yang menderita karena kurangnya kemampuan membeli pangan secara memadai. Disisi lain, ada wilayah yang terpaksa membuang produk pangannya karena harganya terlalu murah dan tidak sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan. Secara nasional maupun regional, masalah ini akan mengganggu ketahanan pangan. Lebih parah lagi, distribusi bahan pangan ke wilayah-wilayah pedesaan sering terhambat karena kendala transportasi, akibatnya harga pangan melonjak tajam dibanding harga pangan di daerah asalnya. Sebagai contoh produk hortikultura seperti cabai, bawang merah, tomat dll. yang harganya selalu berfluktuasi

Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dikembangkan sistem pangan yang disesuaikan dengan kondisi agroekologi dan sumberdaya yang ada di setiap wilayah di Indonesia. Sistem pangan terdiri dari semua aspek produksi pangan (cara pangan dibudidayakan; cara pangan dipanen atau cara ternak disembeleh; cara pangan diproses, dikemas, atau disiapkan untuk konsumen pembeli) dan distribusi pangan (dimana dan bagaimana pangan dijual kepada konsumen serta bagaimana pangan diangkut). Sistem pangan dibagi menjadi dua jenis utama yaitu sistem industri pangan global dan sistem pangan lokal. Sistem industri pangan global memiliki jangkauan geografis yang lebih luas dibanding sistem pangan lokal atau regional. Khusus dalam artikel ini hanya difokuskan kepada sistem pangan lokal. Sistem pangan lokal cocok dikembangkan di Indonesia yang penduduknya tersebar di berbagai pulau besar dan kecil serta tersebar dari Aceh sampai Papua.

Istilah "sistem pangan lokal" digunakan untuk menggambarkan metode produksi dan distribusi pangan yang secara geografis bersakala lokal, bukan nasional dan/atau internasional. Pangan dibudidayakan dan dipanen dekat dengan rumah konsumen, kemudian didistribusikan melalui jarak yang lebih pendek dibanding yang umum terjadi pada sistem industri pangan global konvensional. Dukungan terhadap sistem pangan lokal akan membantu keberlanjutan usahatani dan membantu melindungi kesehatan kita serta kesehatan masyarakat, serta membantu menstimulasi ekonomi lokal. Sistem pangan lokal akan mengarahkan petani untuk memproduksi komoditas pangan dengan jumlah tertentu dan jenis tertentu yang sesuai dengan kondisi agroekologi wilayah dan konsumsi penduduk setempat. Sehingga tidak ada produksi komoditas pangan yang berlebihan yang mengakibatkan jatuhnya harga dan terbuang sia-sia. Telah menjadi budaya petani, jika ada komoditas yang harganya tinggi, mereka ramai menanam komoditas tersebut, akibatnya terjadi over produksi dan akibatnya harganya jatuh sehingga merugikan usahataninya.

Sistem pangan lokal sebaiknya dibangun berdampingan dengan program swasembada pangan atau paling tidak melengkapi program tersebut. Program swasembada pangan dapat dilaksanakan seiring dengan membangun sistem pangan lokal. Walaupun kemungkinan ada surplus produksi, kelebihan produksi dapat didistribusikan ke wilayah terdekat yang mengalami kekurangan pasokan sehingga harga komoditas tidak meningkat tajam. Sebagai contoh penduduk Jakarta yang membutuhkan pasokan komoditas pangan utama seperti beras, daging dan kedelai dapat disuplai dari produksi pangan dari wilayah sekitarnya seperti Jawa Barat, Banten dan Lampung. Jika konsep ini dapat berjalan dengan baik, maka penduduk Jakarta tidak perlu mendatangkan daging sapi dari wilayah produsen sapi seperti NTT dan NTB. Selain itu, pembangunan sistem pangan lokal yang berkelanjutan akan meningkatkan ketahanan pangan wilayah dan dapat berkontribusi kepada ketahanan pangan nasional. Sistem pangan lokal juga dapat memotong peran perantara yang terlibat dalam pengolahan, pengemasan, pengangkutan, dan penjualan pangan, sehingga harga komoditas terjangkau bagi masyarakat umum.

Pembangunan sistem pangan lokal memerlukan dukungan pemerintah pusat dan daerah, terutama kebijakan dalam peraturan perundangan dan dana untuk menginisiasi sistem pangan lokal di suatu wilayah. Khusus untuk komoditas tertentu yang akan dikembangkan oleh para petani yang sebelumnya belum memiliki pengalaman, pemerintah pusat berkerjasama dengan pemerintah daerah perlu mendatangkan satu atau dua orang petani yang telah berpengalaman membudidayakan komoditas tersebut untuk memberikan pelatihan selama 1-2 musim tanam. Tentunya para petani ini perlu diberi insentif khusus agar bersedia menularkan ilmunya melalui proyek magang petani. Selain itu, petani yang berlatih membudidayakan komoditas barunya perlu diberi insentif atau kompensasi jika mengalami kegagalan atau produksinya belum sesuai standar. Mudah-mudahan kedepan sistem pangan lokal dapat terbangun secara berkelanjutan sehingga dapat berkontribusi kepada ketahanan pangan nasional maupun ketahanan ekonomi masyarakat lokal, wilayah dan nasional.

Hardo1957.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline