Lihat ke Halaman Asli

Panenlah Air, Jika Ada Hujan Buatan!

Diperbarui: 12 Agustus 2015   17:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Kekeringan merupakan gejala alam yang harus dihadapi dengan bijak tanpa saling menyalahkan satu dengan yang lain jika dampak kekeringan menimbulkan penderitaan masyarakat, baik di kota maupun pedesaan. Salah satu upaya untuk mengatasi kekeringan saat ini, pemerintah berencana akan membuat hujan buatan. Ini momentum bagus bagi penduduk yang wilayahnya menderita kekeringan dan jika kebetulan akan mendapat berkah dari air hujan buatan. Jika hujan buatan akan dilakukan, sebaiknya pemerintah (BMKG, BNPB dan institusi terkait lainnya) memberitahukan kepada khalayak maupun pemda yang mungkin sebagian wilayahnya akan turun hujan. Walaupun ketepatan waktu dan tempat terjadinya hujan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, mungkin para ahli pembuat hujan dapat menginfokan perkiraan wilayah yang mungkin akan mendapatkan air hujan.

Air hujan secara gravitasi akan mengalir masuk ke sungai dan sebagian masuk ke dalam tanah mengisi aquifer. Sangat disayangkan jika air hujan akan hilang percuma tanpa sempat ditampung oleh masyarakat. Jika ini memungkinkan, maka penduduk dapat melakukan panen air hujan buatan dengan cara menampung air hujan yang turun ke atap rumah dengan peralatan sederhana seperti drum-drum bekas maupun dengan bak penampung air hujan yang dibuat dari semen, maupun sumur-sumur penampung air. Selain itu, jika ada lahan kosong yang agak rendah dan sering tergenang air hujan, dapat dibuat kolam penampungan yang dasarnya dapat dilapisi plastik guna menampung air hujan yang mengalir pada permukaan tanah. Walaupun tidak begitu banyak, tampungan air hujan tersebut dapat dimanfaatkan penduduk untuk kebutuhan rumah tangganya. Paling tidak, masalah air dapat teratasi di musim kemarau walaupun hanya bersifat sementara.

Panen air hujan merupakan teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan dan menyimpan air hujan dari atap rumah/gedung, permukaan tanah atau daerah tangkapan air lainnya dengan teknik sederhana maupun teknik yang lebih kompleks seperti cek dam di dalam tanah. Teknologi panen air hujan banyak dijumpai di wilayah Asia dan Afrika yang merupakan perdaban kuno dan masih berfungsi sampai saat ini sebagai sumber utama penyediaan air minum di pedesaan. Teknologi tersebut mudah membuatnya dan gampang mengoperasikannya. Penduduk lokal dapat dilatih untuk mengaplikasikan teknologi ini dan bahan konstruksi juga tersedia disekitar mereka. Air hujan yang dikumpulkan dari atap rumah penduduk, umumnya memiliki kualitas yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga. Selain itu, panen air hujan tersebut juga tidak mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Namun demikian, kekurangan teknologi panen air hujan adalah masalah pasokan air hujan dan ketidakpastian yang disebabkan terbatasnya curah hujan. Masalah adopsi teknologi juga memerlukan pendekatan ‘bottom up” dibanding pendekatan “top down” yang digunakan dalam proyek pembangunan sumber daya air. Oleh karena itu, panen air hujan (baik pada waktu musim hujan maupun hujan buatan) merupakan salah satu alternatif yang menjanjikan untuk memasok air tawar dalam kondisi kelangkaan air dan meningkatnya permintaan.

hardo1957@blogspot.com

Sumber:
http://www.gdrc.org/uem/water/rainwater/introduction.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline