Dalam traveling ke Britania Raya kali ini, kota pertama yang akan kami kunjungi adalah Glasgow-Skotlandia. Tetapi kami tidak terbang langsung dari Jakarta ke Glasgow, melainkan Jakarta-Manchester, yang kemudian disambung dengan kereta. Rute ini dipilih karena jika melakukan penerbangan langsung, biayanya hampir dua kali.
Bagi traveling mungkin sudah terbiasa mengatur rute penerbangan yang paling optimal semacam ini, yang tidak menambah waktu perjalanan terlalu lama tetapi dapat mengurangi biaya cukup besar. Setelah menikmati kereta selama 3 jam dari Manchester Airport Station, akhirnya sampai juga kami di Stasiun kereta Central Glasgow.
Interior stasiun secara umum mirip dengan stasiun-stasiun lain di Britania Raya. Hanya saja mata kami tertuju ke bangunan unik di pojok-pojok stasiun Glasgow, yang terbuat dari kayu berwarna coklat kehitam-hitaman berbentuk setengah lingkaran, yang sangat artistik. Bangunan antik itu ternyata digunakan sebagai tempat penjualan tiket, supermarket, beer house, dan sebagainya.
Dari stasiun ke apartement kami cukup berjalan kaki karena letaknya tidak berjauhan. Hari sudah sore dan badan cukup penat, makanya kami memutuskan untuk tidak berkegiatan hari ini. Tidur lelap memberi energi dan semangat besar saat bangunan. Kami pun bersiap menjelajahi ibu kota Skotlandia pada pagi harinya.
Tujuan pertama kami adalah areal pemakaman tua yang bernama Necropolis. Dalam dunia wisata, tempat pemakaman memang dapat menjadi destinasi wisata. Biasanya disana bersemayam tokoh-tokoh penting atau terkenal, baik lokal maupun mendunia. Di Necropolis, tampaknya merupakan pemakaman tokoh-tokoh lokal saja, tetapi karena pemakamannya memiliki keunikan, maka tempat ini menjadi tujuan wisata. Di setiap makam berdiri bangunan, monumen, atau patung yang artistik bercirikan seni Britania klasik. Itulah yang membuat pekuburan ini sangat jauh dari kesan mistis dan menyeramkan.
Necropolis terletak di atas bukit tidak jauh dari city center, sehingga kita dapat menikmati sebagian kota Glasgow dari ketinggian. Apartemen kami jaraknya relatif tidak jauh, sehingga kami putuskan untuk berjalan kaki ke sana. Udara pagi itu sangat sejuk saat kami menapaki jalan yang tidak lebar diantara bangunan--bangunan khas Skotlandia yang terbuat dari batubata.
Jarang sekali kendaraan yang lewat di pagi itu, sehingga terkesan lengang sekali kota ini. Ketika mendekati Necropolis terdengar suara gagak seakan menyambut kedatangan kami. Mungkin kalau ke sana malam hari, bisa muncul juga perasaan takut. Suasananya pasti terasa bagai film-film horor, apalagi jika disertai titik hujan yang turun.
Di dekat Necropolis ini terdapat gereja yang bernama Katedral Glasgow, yang konon merupakan katedral tertua di Skotlandia. Sungguh pemandangan yang jarang ditemui memandang katedral tua bergaya gotik dari pekuburan yang unik. Oleh karena itu, banyak wisatawan yang mengambil sudut untuk berfoto dengan katedral dari Necropolis. Antara Necropolis dan katedral dihubungkan oleh sebuah jembatan. Setelah melewati jembatan kita menemui sebuah gang yang dihiasi rumah berarsitek 'kuno'. Berjalan di gang itu, kita benar-benar merasakan bagai hidup di beberapa abad yang lalu.
Dari Glasgow Katedral Square, kami melangkah menuju St. Mungo Museum of Religious Life and Art, yang merupakan satu dari sedikit musium tentang agama-agama di dunia. Musium ini didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan toleransi umat beragama di dunia. Musium yang dapat dimasuki tanpa membayar ini menyediakan beberapa ruang dengan tema tertentu.
The Gallery of Art merupakan ruang dimana kita dapat menyaksikan koleksi lukisan, patung, sajadah dan simbol-simbol enam agama, yaitu Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Yahudi dan Sikhism. Ruang Gallery of Religious Life menyajikan alat-alat ibadah dan simbol-simbol enam agama tersebut. Sedang Scottish Galery memamerkan tentang agama-agama yang pernah ada di skotlandia beserta sejarahnya.
Untuk sebuah musium, ukuran St. Mungo Museum of Religious Life and Art relatif tidak luas. Koleksinyapun dapat dikatakan sedikit. Tetapi, visi dan misi yang diemban musium ini sangat besar. Sejak dulu hingga sekarang, tidak sedikit manusia yang menggunakan perbedaan, baik suku, ras maupun agama, untuk menengguk keuntungan. Kita bisa saksikan dengan mata kepala kita sendiri, bagaiman sentimen agama telah menimbulkan peristiwa-peristiwa yang mengerikan.